PEMANFAATAN PEMODELAN PERTANYAAN OLEH GURU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGAJUKAN PERTANYAAN PRODUKTIF UNTUK MENDUKUNG PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Peningkatan mutu pendidikan IPA sangat berkaitan erat dengan peningkatan buku pelajaran (Rustaman & Sri Redjeki 1999). Menurut Wilardjo (dalam Susanna 1999) dalam proses belajar mengajar, buku pelajaran merupakan sumber pengetahuan dalam suatu bidang studi. Konsep-konsep yang harus diketahui dan dipahami oleh siswa terkandung dalam buku pelajaran, dan isi pelajaran tersebut seharusnya memberi sumbangan untuk tercapainya tujuan pendidkan.
Pendidikan harus dapat menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta efisiensi menajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan perubahan kehidupan lokal, nasional, terarah, dan berkesinambungan. Menurut UU N0.Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, bangsa, dan negara.
Kemajuan tekonologi menyebabkan ilmu pengetahuan berkembang pesat, untuk mengimbangi kemajuan tersebut maka peningkatan kualitas pendidikan harus dilakukan. Pendidkan sangat berkaitan erat dengan kualitas dan kemampuan guru dalam menyajikan materi terhadap anak didiknya. Guru harus bersikap kritis terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu guru dituntut terus berinovasi dalam proses belajar mengajar terutama dalam pemanfaatan pemodelan dalam belajar mengajar. Membahas tentang model-model mengajar dalam kerangka pengajaran IPS/SS merupakan suatu hal penting. Dalam mengajar, penggunaan model bukan suatu yang baru.
Dalam kaitanya dengan mengajar IPA maka guru dapat mengembangkan model mengajarnya yang dimaksud sebagai upaya mempengaruhi perubahan yang baik dalam prilaku siswa. Pengembangan model-model mengajar tersebut adalah dimaksudkan untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya untuk lebih mengenal siswa dan menciptakan lingkungan yang lebih bervariasi bagi kepentingan belajar siswa.
Pendidikan disekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu jenjang pendidikan yang harus ditempuh adalah sekolah dasar. Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan dasar yang akan menjiwai pendidikan selanjutnya.
Salah satu pelajaran yang diajarkan disekolah dasar adalah IPA. IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala alam, baik yang menyangkut mahluk hidup maupun benda mati. Pada prinsipnya, IPA diajarkan untuk membekali siswa agar mempunyai pengetahuan (mengetahui berbagai cara) dan ketrampilan (cara mengerjakan) yang dapat membantu siswa untuk memahami gejala alam secara mendalam. Selain itu, juga untuk menyadari akan kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, Pada pembelajaran IPA guru perlu memusatkan perhatiannya pada dua hal pokok, yaitu:
a. Berorientasi pada proses, yang didapat melalui pengamatan, pengukuran,
penguraian, perbedaan, percobaan, dan sebagainya
b. Berorientasi pada struktur, seperti: konsep pernapasan, konsep rangka, konsep
pertumbuhan, dan konsep bunyi.
Ilmu Pengatahuan Alam (IPA) berhubungan erat dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-sehari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-sehari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk pada lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sians, lingkungan, tekonologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikan sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemeberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah.
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, ada dua hal yang perlu diperhatikan guru pada pembelajaran IPA, yaitu:
1. Ketrampilan proses
Pengajaran IPA pada dasarnya berorientasi untuk membiasakan anak didik bekerja melalui langkah-langkah, seperti mengamati, menggolongkan, menggunakan alat, mengukur, menafsirkan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan hasil secara lisan maupun tertulis.
2. Penanaman nilai sikap
Dalam setiap kegiatan belajar IPA, guru perlu mengembangkan nilai/sikap-sikap ilmiah pada diri siswa, seperti menyadari kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa, rasa ingin tahu, mau berkerja sama, menghargai pendapat dan karya orang lain, menghargai sejarah dan penemuannya.
IPA menuntut hal-hal yang faktual untuk memecahkan masalah yang dihadapi mulai dikleas III, dan hal ini sesuai dengan GBPP SD 1994 yang mencantumkan fungsi dan manfaat dari mata pelajaran IPA.
1. Fungsi mata pelajaran adalah : (1) memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai lingkungan alam dan lingkungan buatan kaitannya dengan pemanfaatan bagi kehidupan sehari-hari, (2) mengembangkan ketrampilan proses, (3) mengembangkan sikap wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari, (4) mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antar kemajuan dan teknologi dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari, (5) mengembangkan kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta ketrampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi. (Depdikbud, 1993: 97-98)
2. Tujuan mata pelajaran IPA adalah : (1) Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari, (2) memiliki ketrampilam proses untuk mengembangkan pengetahuan gagasan tentang alam sekitar, (3) mempunyai niat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian dilingkungan sekitar, (4) bersifat ingin tahu, tekun, terbuka ,mawas diri, bertanggung jawab, bekerjasama dan mandiri, (5) mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, (6) mampu mnggunakan teknologi yang berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, (7) mengenal dan memupuk rasa ingin tahu terhadap alam sekitar sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa. (Depdikbud, 1993: 98-99)
Melihat fungsi dan tujuan maka seorang guru di dalam memberikan materi pelajaran IPA harus menciptakan suasan belajar yang aktif dan kreatif. Salah satu faktor yang dapat menjadikan suasana belajar menjadi lebih kondusif adalah penggunaan metode yang sesuai dengan materi pelajaran sehingga dapat merangsang siswa dalam belajar lebih aktif untuk belajar.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan penting. Dengan demikian belajar mengajar yang bermutu adalah kegiatan belajar mengajar yang berorientasi kepada keaktifan, kerativitas, dan kemandirian siswa. Dalam hal ini siswa perlu melakukan dan merumuskan dugaan awal, melakukan percobaannya dan melaporkan hasil temuannya secara langsung.
Pada kenyataannya dilapangan, pembelajaran selama ini masih banyak guru-guru yang mengajukan pertanyaan dengan cara konvensional, dimana cara ini kurang memotifasi siswa untuk berusaha mencari atau merumuskan sendiri jawaban atas pertanyaan guru. Melalui penelitian ini, peneliti mencoba mengadakan sebuah inovasi dalam pembelajaran, khususnya dalam tekhnik pemanfaatan pemodelan pertanyaan produktif pada pembelajaran IPA berbasis inkuiri. Dengan pemanfaatan pemodelan yang dilakukan oleh guru ini diharapkan siswa mampu mencari jawaban sendiri sesuai dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang pada akhirnya jawaban atas pertanyaan itu “seolah-olah siswa sendiri yang menemukan”.
Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, guru perlu menunjukkan sikap baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Pertanyaan yang dirancang dengan baik dan berlangsung secara berkesinambungan dapat mengembangkan aktivitas mental dan kemampuan berpikir siswa secara terarah. Berpikir merupakan eksplorasi pengalaman untuk suatu tujuan, antara lain untuk memahami, membuat keputusan, merencanakan, memecahkan masalah dan mempertimbangkan. Berkaitan dengan hal ini, De Bono (1991) mengungkapkan bahwa ketrampilan berpikir merupakan modal manusia untuk dapat memahami banyak hal, diantaranya memahami konsep dalam disiplin ilmu.
Dalam hal ini guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar perlu memperhatikan beberapa contoh penyusunan pertanyaan yang baik, adapun contoh penyusunan pertanyaan yang baik adalah sebagai berikut :


1. Bahasanya langsung dan sederhana
Pertanyaan yang diajukan kepada siswa itu harus diusahakan agar bahasanya langsung dan sederhana. Pertanyaan itu harus dapat memusatkan perhatian siswa pada inti atau materi pertanyaan.
2. Maknanya pasti dan jelas
Agar tidak mengacaukan pikiran siswa, maka makna pertanyaan yang diajukan kepada mereka harus pasti dan jelas. Bila sebuah pertanyaan dapat menimbulkan berbagai macam interpretasi, maka bisa menyebabkan siswa enggan menanggapi.
3. Urutan logik
Pertanyaan itu seyogyanya dapat menyebabkan seseorang berlatih berfikir dengan urutan yang logik.
4. Pertanyaan harus sesuai dengan kemampuan kelas
Pertanyaan yang kita ajukan kepada siswa dalam suatu kelas harus sesuai dengan tingkat kemampuan kelas itu. Pada waktu guru merencanakan serangkaian pertanyaan untuk diajukan kepada siswa, maka ia harus benar-benar berusaha agar pertanyaannya cocok dengan tingkat kemampuan kelas tersebut. Dengan demikian mengajukan pertanyaan yang telah disesuaikan dengan audiens pada umunya dan siswa pada khususnya, maka komunikasi dapat di tingkatkan.
5. Pertanyaan yang merangsang usaha dan,
Pertanyaan itu hendaknya dapat membangkitkan usaha siswa. Sementara guru menyusun kerangka pertanyaan agar cocok dengan tingkat kemampuan kelas, ia juga berusaha pula menyiapkan pertanyaan yang cukup sulit untuk membangkitkan usaha siswa. Tetapi harus dijaga agar soal itu tidak terlalu sulit.
6. Memikat minat siswa
Guru harus berusaha agar pertanyaan yang disusunnya dapat memikat siswa selama pelajaran berlangsung. Pada waktu mengajukan pertanyaan, guru tidak hanya berpusat pada satu orang saja tetapi, giliran harus diberikan secara bergantian anatara siswa yang mengajukan diri secara sukarela dengan yang tidak. Hal ini akan mendorong siswa untuk menaruh perhatian. Guru harus membiasakan diri memberi penguatan positif kepada siwa yang menjawab dengan benar dan guru juga harus membiasakan diri untuk menangani atau membetulkan jawaban siswa yang salah. Penguatan positif ini bisa berupa nilai yang bagus, pujian, anggukan, acungan jempol atau hadiah.
Bertanya bukanlah suatu ketrampilan mudah dan dapat berkembang dengan sendirinya tanpa latihan. Untuk dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan, orang harus melewati beberapa tahapan (Lindsey, 1988: 63)
 Pertama, anak harus menguasai pengetahuan dasar berkaitan dengan topik sedang dibicarakan;
 Kedua, anak harus dapat biasa melihat bagaimana kesesuaian apa yang telah diketahui tersebut dengan hal-hal lain yang belum diketahui;
 Ketiga, anak harus menganalisis hubungan antara yang telah diketahui dengan yang belum diketahuimenggali mana yang relevan dan yang tidak relevan;
 Keempat, anak harus meneganli mana yang relevan dan yang tidak relevan dari informasi yang ada; dan
 Kelima, anak harus melakukan analisis sebab akibat dan melakukan verifikasi;
Tahapan-tahapan di atas dengan jelas menunjukkan bahwa tanpa latihan dan pembiasaan sulit untuk diharapkan bahwa anak akan menjadi terampil bertanya dengan sendirinya
Bertanya dengan baik merupakan seni dan merupakan salah satu unsur penting dalam pengajaran yang baik. Akibatnya, hal ini dapat menjadi kekuatan yang besar atau sebaliknya kelemahan yang serius dalam pelaksanaan tugas mengajar. Pertanyaan-pertanyaan itu harus dipersiapkan dengan sungguh-sungguh dan diajukan berhati-hati.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan inilah upaya perbaikan dilakukan terhadap pembelajaran yang dilakukan guru dengan mengembangkan pembelajaran yang berbasis inkuiri, sebab pendekatan yang efektif untuk sekolah dasar adalah pendekatan pemebelajaran yang mengangkat permasalahan dari kehidupan yang dialami dan diamati siswa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu penilaian dengan berbasis inkuiri merupakan suatu tuntutan yang harus dilakukan oleh guru terhadap pembelajaran di SD agar permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran yang dialami ini sedikit demi sedikit dapat diperbaiki ke arah yang lebih baik.
Dalam penelitian ini, adalah kolaboratif antara lima orang mahasiswa dengan lima orang guru pada SD yang berbeda, yang mencoba menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri di SD melalui tindakan-tindakan pembelajaran yang terlebih dahulu dirancang dan dirumuskan bersama-sama dengan guru sebelum melakukan tindakannya.
B. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan penelitian ini difokuskan pada bagaimana peran pertanyaan produktif yang diterapkan oleh guru dalam mengembangkan ketrampilan atau pemanfaatan pemodelan pertanyaan dalam pembelajaran IPA di SD.

Masalah itu kemudian diperinci sebagai berikut:
 Bagaimana manfaat pemodelan bertanya oleh guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan produktif ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan ketrampilan dasar siswa dalam merumuskan pertanyaan produktif guna mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran sains yang berbasis inkuiri. Secara lebih khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apakah latihan bertanya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan produktif .
2. Mengetahui model latihan bertanya yang efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan produktif.
D. KERANGKA TEORITIK PENELITIAN
Menurut (Fisher 1975:17; dalam Suib A.B, 1998: 9) menyatakan sains adalah kumpulan yang diperoleh melalui metode-metode yang didasarkan pada observasi. Sementara (Trowbridge dan Bybee 1990: 36; dalam Suib A.B, 1998: 10) merumuskan bahwa sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses.
Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry diartikan sebagai pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. (Echols dan Saadily, 1986)
Menurut Exline ( 1999: 1) inkuiri diartikan sebagai “pencarian kebenaran
informasi, atau pengetahuan melalui suatu pertanyaan. Seseorang akan mengalami proses inkuiri selama hidupnya meskipun tidak pernah memikirkan bahwa proses yang terjadi adalah proses inkuiri.
Amin (1987: 127) menyatakan inkuiri adalah suatu perluasan proses-proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa, sebagai tambahan pada proses-proses discovery, inkuiri mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatnya, misalnya merumuskan problem, merancang eksperimen, melakukan eksperimen mengumpulkan data dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.
Adapun tujuan dari penggunaan model pembelajaran inkuiri menurut Depdikbud 1994 dalam Koesnadi 2003 bahwa :
Pengguanaan model inkuiri mempunyai tujuan sebagai berikut: (1) mengembangkan sikap, ketrampilan, dan kepercayaan siswa dalam memecahkan masalah, (2) mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara cermat, tanggap, dan nalar, (3) mengembangkan sikap ingin tahu lebih dalam, (4) mengungkapkan aspek pengetahuan maupun sikap.

Dalam proses pembelajaran, seorang siswa dapat di katakan sedang melakukan proses inkuiri jika dalam pembelajaran dilatih merumuskan problemnya, merancang eksperimen, mengumpul data, menganalisis data membuat kesimpulan, dengan demikian dapat di simpulkan inkuiri adalah proses pembelajaran yang menekan keaktifan belajar siswa untuk melakukan proses- proses mental, misalnya merumuskan problem, merancang eksperimen, mengumpulkan data dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap- sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.
Walaupun awalnya pembelajaran inkuiri digunakan pada bidang seni, tetapi pada perkembangan selanjutnya inkuiri dapat diterapkan dalam hampir semua bidang ilmu dan profesi, khususnya dalam topik-topik yang mengandung masalah (Syaodih, 2004: 252).


 Pemodelan/model mengajar
Adalah cara guru dalam mengembangkan cara mengajarnya yang dimaksudkan sebagai upaya untuk mempengaruhi perubahan yang baik dalam prilaku siswa, mengenal siswa, dan menciptakan lingkungan yang lebih bervariasi bagi kepentingan belajar siswa. Dalam S.S Chauhan mengemukakan model mengajar adalah untuk membantu guru dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang sesuai guna mencapai tujuan pengajaran. Oleh karena itu maka jenisnya bervariasi yang ditentukan oleh sumber juga penemunya.
 Bertanya
Bertanya merupakan suatu hal yang sangat lazim untuk dilakukan dalam proses pembelajaran. Guru bertanya untuk mengukur pemahaman siswa, untuk mendapatkan informasi dari siswa, untuk merangsang siswa berpikir, dan untuk mengontrol kelas. Sementara itu siswa kadang juga bertanya untuk mendapatkan berbagai tujuan. Misalnya untuk mendapatkan penjelasan dan sebagai ungkapan rasa ingin tahu, atau bahkan sekedar untuk mendapatkan perhatian. Tampaknya tidak ada yang menyangkal bahwa peran penting pertanyaan dalam proses belajar mengajar dapat memberikan motivasi dan meningkatkan kemampuan siswa dalam kagiatan belajar mengajar (KBM).
Ada beberapa sistem klasifkasi pertanyaan yang dikemukakan oleh para ahli :
Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom
a. Pertanyaan pengetahuan (recoll question atau knowledge question),atau ingatan dengan menggunakan kata-kata apa, dimana, kapan, siapa, dan sebutkan. Contoh: Sebutkan ciri-ciri micro-teaching !
b. Pertanyaan pemahaman (comprehension question), yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bersifat pemahaman dengan kata-kata sendiri. Biasanya menggunakan kata-kata jelaskan, uraikan, dan bandingkan. Contoh: Jelaskan manfaat micro-teaching!
c. Pertanyaan penerapan (aplication question), yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban untuk menerapkan pengetahuan atau informasi yang diterimanya. Contoh: Berdasarkan proses tersebut, kesimpulan apa yang dapat anda berikan?
d. Pertanyaan sintesis (synthesis question), yaitu pertanyaan yang menghendaki yang benar, tidak tunggal, tetapi lebih dari satu dan menuntut murid untuk membuat ramalan (prediksi), memecahkan masalah, mencari komunikasi. Conoh: Apa yang terjadi bila musim kemarau tiba? Apa yang anda lakukan bila seorang siswa anda tidak mau memperhatikan pelajaran?
e. Pertanyaan evaluasi (evaluastion question), yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu isyu yang ditampilakan. Contoh: Bagaimana pendapat anda tentang program transmigrasi? Apa komentar anda tentang program keluarga berencana?
 Kegiatan Bertanya dalam Proses Belajar Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, salah satu tugas guru adalah mempengaruhi kemampuan intelektual siswa agar dapat berfungsi secara optimal (Slameto, 1995: 132).
Menurut Cole & Chan (1994: 171-173), kegiatan bertanya di dalam kelas dapat berlangsung dalam dua urutan seperti terlihat pada gambar 2.IA dan 2.IB. Sesi tanya jawab seperti terlihat pada gambar 2.IA banyak terjadi dalam kelas. Aktivitas yang berlangsung adalah guru mengajukan pertanyaan dan siswa menjawab pertanyaan guru. Kemudian guru mengajukan pertanyaan lain siswa menjawab demikian seteusnya. Urutan kegiatan tanya jawab seperti gambar 2.IA hanya menghasilkan kepuasan dipihak penanya (guru) karena siswa tidak diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan balik pada guru.













Disadur dari Cole & Chan (1994: 171-173)
Gambar 2.1. URUTAN KEGIATAN TANYA JAWAB
DI DALAM KELAS
A. Urutan tanya jawab secara tradisional
B. Urutan tanya jawab yang lebih kompleks
Situasi tanya jawab yang diperlihatkan pada gambar 2.IB adalah antara guru dan siswa dapat saling mengajukan pertanyaan dan memberikan jawaban. Dalam kegiatan ini siswa diberikan kesempatan luas untuk memberikan jawaban yang tepat, jika siswa merasa kesulitan saat memberikan jawaban siswa dapat meminta penjelasan seperlunya dengan mengajukan pertanyaan, demikian juga jika guru kurang puas atas jawaban yang diberikan siswa guru bisa mengajukan pertanyaan kepada siswa kembali.
 Peran pertanyaan dalam proses belajar mengajar
Roth & Roychoudhury (1993) menyatakan bahwa tugas penting dalam pendidiikan sains ialah membantu mengembangkan ketrampilan berpikir saintis. Sementara itu, Djamarah (2000: 106) mengatakan: “bagaimana tujuan pendidikan, secara universal guru akan selalu menggunakan ketrampilan bertanya pada siswanya”. Tujuan pertanyaan yang diajukan oleh guru selama proses belajar mengajar ialah agar siswa memperoleh pengetahuan dan meningkatkan ketrampilan berpikir (Abimanyu dan D.N. Pah, 1985: 2; Hasibuan dkk, 1991: 20). Dengan bertanya, anak juga dilatih untuk meningkatkan kemampuannya dalam memberi penjelasan suatu masalah (Wargg & Brown dalam Jasin, 1997: 112). Pada bagian lain Carin & Sund (1978: 3) mengatakan bila seorang guru mengajukan pertanyaan, berarti ia memberi kesempatan pada siswanya untuk menggunakan pikirannya.
Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk mendorong siswa bertanya (Jelly, 1985: 56-57)
 Usahakan anak mempunyai kontak langsung dengan bermacam-macam bahan, baik itu disediakan oleh guru maupun yang dibawa sendiri oleh siswa.
 Tingkatkan kemampuan bertanya guru sehingga dapat menjadi contoh bagi anak-anak.
 Ciptakan suasan yang mendorong anak untuk melakukan percobaan/pengamatan.
 Dorong anak untuk merumuskan pertanyaan dan mendiskusikan pertanyaan mereka.
 Berikan respok yang positif terhadap pertanyaan anak.
 Rumuskan kembali pertanyaan anak yang kurang produktif menjadi pertanyaan produktif, sehingga mendorong anak untuk melakukan percobaan/pengamatan.
Meskipun diakui bahwa pertanyaan memegang peranan penting dalam proses pembelajaran, namun masih sedikit sekali penelitian tentang pertanyaan dalam proses pembelajaran. Sejumlah penelitian yang telah dilakukan melaporkan bahwa guru pada umumnya mengajukan jauh lebih banyak pertanyaan dibandingkan siswa (misalnya penelitian Sintya Pujiastuti, 2005). Dalam kegiatan pembelajaran siswa jarang sekali mengajukan pertanyaan padahal dalam kehidupan sehari-hari anak biasanya banyak sekali bertanya. Penelitian yang dilakukan Widodo (1996) menunjukkan bahwa apabila siswa diperlihatkan fenomena alam diluar kelas, mereka banyak sekali mengajukan pertanyaan, namun apabila fenomena tersebut dimunculkan di dalam kelas pertanyaan mereka ajukan jauh lebih sedikit. Hal ini menunjukkan perlu kondisi dan dorongan tertentu agar siswa bertanya.
Penelitian tentang jenis pertanyaan yang ditanyakan (Lestari, 2002: Widodo, 2007) mengungkapkan bahwa sebagian besar pertanyaan yang ditanyakan guru merupakan pertanyaan tertutup dan pada jenjang hafalan (C1) pemahaman (C2). Penelitian lain tentang pertanyaan yang diajukan siswa (Farihan, 1997:Rahayu, 2001) mengungkapkan bahwa sebagian besar pertanyaan yang diajukan siswa dalam pembelajaran merupakan pertanyaan pada jenjang kognitif rendah (hafalan dan pemahaman). Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Widodo, Suniati, dan Setiawati (2006) mengungkapkan bahwa siswa SD mengalami kesulitan dalam mengajukan pertanyaan produktif.
Literatur tentang peningkatan kemampuan bertanya menyatakan bahwa ada 3 hal yang perlu diperhatikan untuk mendorong seseorang bertanya :
1. Lingkungan yang mendukung
Tanpa lingkungan yang kondusif (dihargai, dijawab, diteruskan dangan kegiatan, dsb) siswa cenderung tidak mengajukan pertanyaan. Kegiatan yang menarik, diluar oerkiraan siswa, dan menimbulkan keingintahuan siswa akan membuat siswa bertanya. (Jelly, 1985 : Blosser, 1991).
2. Pemodelan dari guru
Siswa tidak akan dapat mengajukan pertanyaan yang belum pernah didengarnya. Oleh karena itu mereka membutuhkan model-model pertanyaan dari guru. Penelitian yang dilakukan Martinello eral. (1996) melaporkan bahwa siswa perlu bantuan yang intensif agar mereka mengajukan pertanyaan yang sifatnya bisa diteliti.
3. Latihan mengajukan pertanyaan
Beberapa pendidik menyarankan agar dilakukan latihan secara khusus agar siswa dapat mengajukan pertanyaan (e.g. Dillon, 1988; Langrehr, 1993).
Untuk itu anak-anak perlu didorong untuk bisa mengajukan pertanyaan produktif sebab pertanyaan ini akan mendorong anak untuk mandiri dan mengembangkan ketrampilan ilmiahnya sebagaimana dinyatakan dalam kurikulum 2004 (Depdiknas, 2003: 15), ketrampilan bertanya ilmiah merupakan bagian penting dari pelajaran sains sehingga betul-betul ditekankan agar dikuasai siswa. Salah satu kompetensi dasar kerja ilmiah adalah melakukan penyelidikan ilmiah dan untuk itu ketrampilan bertanya merupakan ketrampilan dasar yang mutlak harus dimiliki. Tanpa adanya kemampuan mengajukan pertanyaan penelitian, siswa tidak dapat melakukan penelitian.
Dari deskripsi keunggulan pertanyaan produktif seperti diuraikan didepan, maka penerapan pertanyaan produktif selama pembelajaran sangat penting dalam membelajarkan sains sebagai proses, khususnya dalam membimbing siswa memahami konsep-konsep IPA. Pertanyaan produktif dapat menjadi strategi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran, terlebih dalam pembelajaran IPA dimana siswa dituntut untuk mampu memahami konsep-konsep IPA dengan melakukan kegiatan ilmiah.
E. DEFINISI OPERASIONAL
Untuk menghindari salah penafsiran dalam penulisan karya ilmiah ini maka perlu dirumuskan definisi operasional sebagai berikut:
 Pemodelan adalah suatu rencana, rancangan, atau pola yang digunakan dalam menyusun dan mengembangkan vaktor rangsangan (stimulus), respon (Response), serta penguatan (Reinforcement) dengan tujuan dapat menghasilkan sebuah stimulus yang berupa pertanyaan (lisan/tulis) tes dan latihan.
 Pemanfaatan pemodelan bertanya adalah menggunakan model pertanyaan produktif dalam bentuk pertanyaan lisan atau tanya jawab secara lisan.
 Pertanyaan produktif adalah suatu jenis pertanyaan yang digunakan oleh guru selama pembelajaran berlangsung yang meminta siswa menjawab berdasarkan pemikiran, pengalaman, dan tindakan produktif. Dari pertanyaan produktif yang digunakan antara lain a) memusatkan perhatian siswa, b) mendorong siswa melakukan kegiatan, c) mengarahkan siswa dalam membandingkan dan; d) mendorong siswa memecahkan masalah.
 Inkuiri adalah suatu proses pembelajaran yang lebih menekan pada pengembangan kemampuan memecahkan masalah yang terbatas pada disiplin ilmu. Pemecahan masalah inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: perumusan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan. (Yoyce et, al, 2000 ; Hasan, 1996; Jarolimek, 1982; dan Armstrong, 1980).
 IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala alam secara mendalam dan menyadari akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
F. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif sebagai upaya meningkatkan pemahaman, ketrampilan psikomotor, juga sikap siswa. Metode eksperimen diakui sebagai metode yang mempunyai perolehan hasil belajar yang lebih baik (Suid AB, 1998). Juga merupakan metode pembelajaran yang tidak hanya mengembangkan ketrampilan berpikir tetapi juga mengembangkan ketrampilan psikomotor siswa. Salah satu keuntungan metode eksperimen yaitu dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang suatu peristiwa (Arifin, 1994). Hal ini sesuai dengan usia anak SD (7-12 tahun) yang berada dalam tahap operasi konkrit (Dahar, 1996).
Dengan desain penelitian adalah sebagai berikut:
– X O
Keterangan:
– = Tindakan
X = Perlakuan berupa Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Inkuiri
O = Tes awal / tes akhir, berupa tes kemampuan mengajukan pertanyaan.

BAB II
PEMANFAATAN PEMODELAN PERTANYAAN OLEH GURU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGAJUKAN PERTANYAAN PRODUKTIF

A. Pemodelan (Modelling)
1. Pengertian Pemodelan
Membahas tentang model-model mengajar dalam kerangka pengajaran IPA merupakan suatu hal penting. Dalam mengajar, penggunaan model bukan suatu yang baru. Filosof Greek misalnya menggunakan model yang ia kembangkan dalam mengajar yang sekarang dikenal dengan cara mengajar Socrates (Socratic Teaching Style) dengan menekankan pada bertanya dan menjawab atau dialog yang juga berarti kebenaran yang mengalir.
Dalam kaitannya dengan mengajar IPA maka guru dapat mengembangkan model mengajarnya yang dimaksudkan sebagai upaya mempengaruhi perubahan yang baik dalam prilaku siswa. Pengembangan model-model mengajar tersebut adalah dimaksudkan untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya untuk lebih mengenal siswa dan menciptakan lingkungan yang lebih bervariasi bagi kepentingan belajar siswa. Model ini bisa cara mengoperasikan sesuatu, cara menyelesaikan soal, dan sebagainya. Dengan cara demikian, guru memberi model “bagaimana cara belajar”.
Dengan memperhatikan batasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa model mengajar adalah merupakan sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada prilaku siswa seperti yang diharapkan.
2. Asumsi-asumsi yang Mendasari Sebuah Model Mengajar
Sebuah model seperti juga model mengajar dikembangkan atas beberapa asumsi diantaranya adalah: (1) Mengajar adalah upaya menciptakan lingkungan yang sesuai, dimana terdapat berbagai bagian lingkungan mengajar yang memiliki saling ketergantungan. (2) Terdapat berbagai komponen yang meliputi isi, ketrampilan peranan-peranan mengajar, hubungan sosial, bentuk-bentuk kegiatan, saran/fasilitas pisik dan penggunaannya, yang keseluruhannya membentuk sebuah sistem lingkungan yang bagian-bagiannya saling berinteraksi yang mendesak prilaku seluruh partisipan baik guru maupun siswa. (3) Asumsi ketiga adalah kombinasi yang berbeda antara bagian-bagian tersebut akan menghasilkan bentuk lingkungan yang berbeda dengan hasil yang berbeda pula. (4) Asumsi keempat adalah oleh karena model mengajar menciptakan lingkungan, maka model menyediakan spesifikasi yang masih bersifat kasar untuk lingkungan dalam proses mengajar-belajar di kelas.
Diatas telah dikemukakan bahwa model-model mengajar tersebut terbentuk melalui berbagai kombinasi dari bagian-bagian/komponen yang meliputi:
a. Fokus
Fokus merupakan aspek sentral sebuah model. Fokus dari sebuah sistem merujuk pada kerangka acuan yang mendasari pengembangan sebuah model. Tujuan-tujuan pengajaran dan aspek-aspek lingkungan pada dasarnya membentuk fokus dari model. Tujuan apa yang hendak dicapai adalah merupakan bagian dari model pada umumnya.
b. Sintaks
Sintaks atau tahapan dari model mengandung uraian tentang model dalam tindakan. Sebagai contoh misalnya adalah kegiatan-kegiatan yang disusun berdasarkan tahapan-tahapan yang jelas dari keseluruhan program yang melambangkan lingkungan pendidikan dari setiap model. Ini merupakan susunan dari keseluruhan program mengajar.
c. Sistem sosial
Mengajar pada dasarnya adalah menggambarkan hubungan antara guru dengan siswa dalam satu sistem. Oleh sebab itu elemen ketiga dari model mengajar mengarah pada dua bagian yaitu peranan guru dan siswa, khususnya hubungan hirarkis atau hubungan kewenangan, serta norma-norma atau prilaku siswa yang dianggap baik. Dengan demikian maka sistem sosial merupakan bagian penting dari setiap model. Mempelajari sesuatu ditentukan oleh jenis hubungan yang tersusun selama proses mengajar.
d. Sistem pendukung
Aspek yang terpenting dan utama dari suatu model adalah elemen pendukung yang tujuannya adalah menyiapkan kemudahan kepada guru dan siswa bagi berhasilnya dengan baik penerapan strategi mengajar.
3. Ciri-ciri dari Sebuah Model Mengajar
Pada umunya model-model mengajar yang baik memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri yang dapat dikenali secara umum sebagai berikut:
1) Memiliki prosedur yang sistematik. Sebuah model mengajar bukan sekedar merupakan gabungan berbagai fakta yang disusun secara sembarangan, tetapi merupakan prosedur yang sistematik untuk memodifikasi prilaku siswa, yang didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu.
2) Hasil belajar ditetapkan secara khusus. Setiap model mengajar menentukan tujuan-tujuan hkusus hasil belajar yang diharapkan dicapai siswa secara rinci dalam bentuk unjuk kerja yang dapat diamati.
3) Penempatan lingkungan secara khusus. Menetapkan keadaan lingkungan secara spesifik dalam model mengajar.
4) Ukuran keberhasilan. Model harus menetapkan kriteria keberhasilan suatu unjuk kerja yang diharapkan dari siswa. Model mengajar senantiasa menggambarkan dan mejelaskan hasil-hasil belajar dalam bentuk prilaku yang seharusnya ditunjukkan oleh siswa setelah menempuh dan menyelesaikan urutan pengajaran.
5) Interaksi dengan lingkungan. Semua model mengajar menetapkan cara yang memungkinkan siswa melakukan interaksi dan bereaksi dengan lingkungan. Dengan memahami secara baik karakteristik model-model mengajar secara umum tersebut diharapkan para guru IPA dalam mengembangkan model-model mengajar yang dianggap cocok dengan karakteristik IPA dengan mudah dapat mengembangkannya. Pentingnya model mengajar tersebut tergambar di dalam fungsi dan sumbernya.
4. Fungsi dan sumber-sumber model mengajar
Dengan membahas model-model mengajar tersebut maka pertanyaan utama yang mungkin diajukan adalah mengapa model mengajar harus dikembangkan dan apa fungsinya secara khusus atau bagaimana sebuah model dapat membantu pelaksanaan tugas-tugas guru dalam proses mengajar-belajar di kelas. Sebagaimana telah diutarakan secara selintas, maka ada beberapa fungsi secara khusus dari sebuah model mengajar seperti yang diutarakan oleh SS Chauhan (1979: 20-1) adalah sebagai berikut:
a. Pedoman. Model mengajar dapat berfungsi sebagaimana pedoman yang dapat menjelaskan apa yang harus dilakukan guru. Dengan memiliki rencana pengajaran yang bersifat komprehensif guru diharapkan dapat membantu siswa mencapai tujuan –tujuan pengajaran. Dengan demikian maka mengajar menjadi sesuatu yang ilmiah, terencana dan merupakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan.
b. Pengembangan kurikulum. Model mengajar dapat membantu dalam pengembangan kurikulum untuk satuan dan kelas yang berbeda dalam pendidikan.
c. Menetapkan bahan-bahan pengajaran. Model mengajar menetapkan secara rinci bentuk-bentuk bahan pengajaran yang berbeda yang akan digunakan guru dalam membantu perubahan yang baik dari kepribadian siswa.
d. Membantu perbaikan dalam mengajar. Model mengajar dapat membantu proses mengajar-belajar dan meningkatkan keefektifan mengajar.
Dengan melihat dari sekian banyak model itu S.S Chauhan telah melakukan seleksi dan membaginya ke dalam beberapa model pilihan yang dikemukakan oleh Chauhan (1979) sebagai berikut:






Tabel 2.1
Model Mengajar dari Chauhan

No Source Model
1 Social interaction Group investigasion model
2 Social interaction Social inquiry model
3 Information processing Inductive teaching model
4 Information processing Concept attainment model
5 Information processing Developmental model
6 Information processing Advence organizer model
7 Person Non-directive teaching model
8 Person Classroom meeting model
9 Behavior modification Operant conditioning model
Sumber: Dikutip dari: S Chauhan, (1979), Innovation in Teaching Learning
Process. New Delhi: Vikas Publishing House PVT LTD.h.23.
Fungsi-fungsi model mengajar di atas akan digunakan oleh guru dalam mengembangkan model-model mengajar yang ia anggap sesuai dengan tujuan, bahan, dan sarana pendukung dalam melaksanakan tugas-tuags mengajar guru. Model-model mengajar dengan demikian amat banyak jumlahnya, namun dapat dikelompokkan berdasarkan sumber-sumber utamanya. Berdasarkan itu maka paling tidak, ada 4 sumber utama model-model mengajar yaitu:
1. Model yang Berorientasi pada Interaksi Sosial
Model dari kategori ini menekankan pentingnya hubungan sosial yang berkembang dalam proses interaksi sosial di antara individu. Hal ini dapat diperlakukan sebagai tujuan pendidikan ataupun juga sebagai alat pendidikan. Model yang berorientasi pada interaksi sosial adalah dimaksudkan sebagai upaya memperbaiki masyarakat dengan memperbaiki hubungan-hubungan interpersoanl melalui prosedur demokratis, yaitu demokrasi pancasila yang menekankan pada musyawarah untuk mencapai mufakat. Model ini terdiri dari dua kelompok diantaranya adalah:
a. Model investigasi kelompok
Model ini dikembangkan oleh John Dewey dan Herbert A. Thelen yang menggabungkan pandangan-pandangan proses sosial yang demokratik dengan penggunaan strategi-strategi intelektual atau ilmiah untuk membantu manusia menciptakan pengetahuan dan masyarakat yang teratur dengan baik. Melalui model yang dikembangkannya itu, ia mencoba menggabungkan antara strategi mengajar bentuk dengan dinamika proses demokrasi dengan proses inkuiri akademik. Hal yang ditetapkan dalam model yang dikembangkannya itu belajar yang didasarkan pada pengalaman (experienced-based learning situation) yang diharapkan dapat mengarah pada motode-metode ilmiah dan memiliki kemungkinan pengembangan dan penerapan dalam situasi kehidupan.
b. Model Inkuiri Sosial
Bentuk kedua dari model yang berorientasi pada interaksi sosial ini dikembangkan oleh Byron Massialas dan Benyamin Cox. Dalam penerapan model reaksi guru adalah membantu siswa dalam ber-inkuiri dan menejelaskan posisi. Juga membantu siswa dalam memperbaiki metode kerjanya dan dalam melaksanakan rencananya. Sistem sosial adalah terstruktur, dimana guru sebagai pemrakarsa inkuiri dan melihat fase-fase yang dilalui siswa. Mengenai keterlaksanaan model, paling tidak ada tiga hal yang dapat dikemukakan. Pertama model mengajarkan kepada siswa untuk berpikir reflektif tentang masalah sosial yang penting. Kedua, model tersebut menekankan pentingnya pelajaran ilmu-ilmu sosial dalam upaya mengembangkan pemecahan-pemecahan sosial yang penting. Ketiga dengan demikian maka struktur dan cara inkuiri dari disiplin ilmu-ilmu sosial dapat digunakan dalam bidang-bidang yang menjadi kepentingan manusia.
2. Model-Model yang Berorientasi pada Pemrosesan Informasi
Model-model tersebut menekankan pada cara siswa memproses informasi. Tujuan utama dari model-model kategori ini adalah membantu siswa mengembangkan metode atau cara-cara memproses informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Model-model ini juga menjelaskan cara memproses informasi dengan pendekatan yang berbeda. Sebagai contoh misalnya model mengajar induktif yang dikembangkan oleh Hilda Taba yang didalam tulisan Paul D. Eggen dkk (1979) yang berjudul ‘Inductive and Deductive Models; Alternative in Teaching Strategy’. Berpikir induktif adalah berpikir dari spesifik ke umum. Dalam berpikir induktif seseorang melakukan beberapa pengamatan yang kemudian berproses ke dalam sebuah konsep atau generalisasi. Di dalam berpikir induktif seseorang tidak mempunyai pengetahuan tentang abstraksi tetapi mencapainya setelah mengaati dan mengkaji hasil-hasil pengamatannya.
Berpikir deduktif adalah suatu proses berpikir dari umum ke khusus. Salah satu bentuk umum berpikir deduktif adalah syllogism yang dapat didefinisikan sebagai sebuah argumen yang berisi dua pernyataan/proposisi yang dinamakan premise-premise dan kesimpulan.
Model mengajar yang dikembangakan oleh Hilda Taba menekankan pada pentinganya mengajarkan kemampuan memecahkan masalah secara umum dan mengarah pada prosedur mengajarkan proses berpikir secara khusus. Berpikir induktif dan deduktif yang telah dicontohkan di atas merupakan contoh kongkrit proses berpikir secara khusus. Keseluruhan model dalam kelompok ini bertujuan mengembangkan konsep dan sistem inkuiri yang digunakan oleh disiplin ilmu dengan asumsi bahwa siswa mempelajari proses dan pemikiran dari sebuah disiplin, kemudian menghubungkannya dengan sistem yang ia miliki dan berprilaku berbeda sebagai hasilnya. Adapun model-model mengajar yang berorientasi pada pemrosesan informasi adalah:
a. Model mengajar induktif
Model mengajar induktif telah dikembangkan oleh Hilda Taba di dalam studi eksperimennya itu ia berupaya menyediakan strategi mengajar yang memungkinkan siswa menangani informasi. Dalam mengembangkan eksperimennya untuk mendukung model mengajar yang dikembangkannya itu dia mengemukakan tiga anggapan dasar tentang proses berpikir sebagai berikut: Anggapan dasar yang pertama adalan berpikir dapat diajarkan. Kedua, berpikir adalah transaksi aktif anatar individu dengan data, sedangkan proses interaktif adalah belajar di kelas yang difasilitasi oleh guru dengan mengandalkan bahan-bahan belajar atas nama siswa melakukan proses kognitif dan mengorganisasikan tertentu, sampai merumuskan jawaban sementara, meramalkan dan menjelaskan gejala-gejala yang tidak dikenali. Anggapan dasar yang ketiga dalam proses berpikir mengembangkan dalam susunan urutan-urutan yang teratur dan urutan itu tidak dapat dilakukan secara sebaliknya.
b. Model Pemerolehan Kosep
Model ini dikembangkan oleh Jerome S, Burner, Jacgueline Goodrow dan George Austing tahun 1956. Model tersebut didasarkan pada penekanan bahwa lingkungan penuh dengan sejumlah besar hal-hal yang berbeda dan mustahil dapat menyesuaikan diri dengannya. Proses mengklasifikasikan sesuatu itu ke dalam kelompok-kelompok menguntungkan manusia dengan tiga cara. Pertama cara itu mengurangi kerumitan lingkungan, kedua memberi kemungkinan untuk mengenali obyek-obyek di sekililing kita, dan yang ketiga membuat belajar lebih efektif.
c. Model Mengajar Pengembangan
Model mengajar yang dikembangkan oleh Piaget ini dilaksanakan dalam dua tahapan di kelas. Pada fase pertama guru menampilkan keadaan di mana siswa dihadapkan dengan pikiran yang tidak logis atau dengan masalah yang membingungkan. Situasi yang dihadapkan kepadanya secara relatif harus cocok dengan tingkat perkembangan siswa baik substansi maupun bentuknya. Situasi yang dihadapi harus dikenal oleh siswa agar memungkinkan ia melakukan asimilasi dengan sesuatu yang baru yang perlu diakomodasi. Pada tahapan kedua guru menyediakan petunjuk untuk memecahkan penyimpangan/masalah yang dihadapi. Yang terpenting dalam model ini adalah mnciptakan lingkungan yang kondusif dalam kelas.
d. Model Menyusun yang Lebih Maju (Advence Organizer Model)
Model tersebut menampilkan sebuah teori tentang cara memproses informasi agar belajar verbal memberi makna. Menurut Ausubel, setiap disiplin ilmu memiliki susunan konsep-konsep yang membentuk dasar sistem pemrosesan informasi disiplin tersebut. Konsep-konsep tersebut berkaitan satu dengan yang lainnya. Ausubel meyakini bahwa susunan konsep-konsep setiap yang akan menjadi sebuah sistem pemroses informasi baginya.
Sistem sosial dari model ini amat terstruktur. Guru dalam kenyataannya adalah inisiator dan mengendalikan aturan-aturan. Namun dibalik tugasnya sebagai pengatur dalam belajar situasi belajar dapat agak bebas. Guru dan siswa dapat saling berinteraksi, dengan mengurangi pengawasannya terhadap sifat berpikir terstruktur. Hal ini perlu oleh karena guru dalam menggunakan model ini menghubungkan materi siswa untuk membedakan antara bahan yang baru dengan yang sudah diajarkan sebelumnya.
3. Model yang Berorientasi pada Pribadi
Model ini didasarkan pada asumsi manusia bahwa seseorang adalah sumber pendidikan. Model-model dalam kelompok ini memusatkan perhatiannya pada individu dan kebutuhannya. Keseluruhan model tersebut berusaha memahami sifat-sifat individu guru meningkatkan pribadi dan kemampuannya serta menghubungkannya dengan hal-hal produktif lainnya. Model-model dalam kategori ini paling tidak, ada dua. Yang pertama adalah:
a. Model Mengajar Bebas
Menurut Rogers hubungan interpersonal antara ‘client’ dengan ‘therapist’ akan memudahkan dia mereorganisasi dirinya sehingga dia akan lebih terpadu dan efektif, lebih mempunyai pandangan yang realistik tentang dirinya dan mengurangi sifat mempertahankan kemauannya sendiri, sehingga dia lebih terbuka (adaptive) terhadap situasi dan informasi baru. Model mengajar yang berorientasi pada siswa ini akan melalui dua tahapan dalam menerapkannya. Tahapan pertama adalah menciptakan suasana yang tepat di kelas oleh guru. Tahapan kedua adalah mengembangkan tujuan-tujuan individual atau kelompok.
Prilaku instruktur dalam model ini dikendalikan oleh dua prinsip. (1) Asumsi instruktur kecuali ikut berpartisipasi dalam kerangka pikir siswa, memahami tetapi tidak menilai reaksi-reaksi individu dan mengabaikan sendiri kepeduliannya. (2) mengungkapkan sikap-sikap siswa dengan merefleksikan kembali kepada siswa sehingga dapat mempertimbangkannya sendiri apa yang akan dilakukan kemudian
b. Model Pertemuan Kelas
Model ini dikembangkan oleh Robert Glaser. Menyatakan ada enam tahapan yang dilalui dalam model ini. Tahapan-tahapan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Menciptakan suasan untuk terlibat
2) Mengajukan masalah untuk didiskusikan
3) Melakukan penilaian dan pertimbangan tentang prilaku mereka
4) Guru dan siswa secara bersama menetapkan alternatif pemecahan
5) Guru mendorong siswa untuk bertanggung jawab (commitment)
6) Menindaklanjuti keputusan yang telah diambil.
Model ini lebih bersifat moderat. Siswa memprakarsai masalah dan mendiskusikannya secara bersama-sama dan mencari pemecahannya. Model tersebut telah dikembangkan secara khusus untuk membantu seseorang memahami prilaku dan menumbuhkan tanggung jawab untuk pengembangannya sendiri.
4. Memodifikasi Prilaku
Model mengajar memodifikasi prilaku yang muncul dari penelitian-penelitian teori yang dilaksanakan oleh B.F Skinner di Universitas Harvard pada tahun lima puluhan. Ia mengembangkan ilmu prilaku dengan asumsi bahwa prilaku itu adalah sesuatu yang alami dan sah yang dipengaruhi variabel-variabel eksternal tersebut. Ia juga meyakini bahwa perubahan prilaku pada organisme dapat diamati dan diukur. Tugas guru adalah menetapkan prilaku kelas yang kompleks dan menempatkan prilaku kelas tersebut di bawah pengendalian gambaran khusus lingkungan.
Penggunaan model dalam mengajar di kelas didasari oleh langkah-langkah sebagai berikut. Langkah pertama adalah memberikan rangsangan (stimulus) yang teks juga disebut ‘Frame’. Stimulus dapat disampaikan kepada siswa melalui pengajaran berprograma, atau mesin mengajar baik secara verbal atau pisik.
Teori ini didasarkan pada pandagan bahwa belajar itu dilakukan secara bertahan dengan langkah-langkah kecil dan respon terhadap stimulus itu akan mempengaruhi prilaku siswa belajar.
Secara garis besar berbagai aspek utama tentang model mengajar telah dikemukakan. Model mengajar adalah preskripsi strategi mengajar yang disiapkan untuk mencapai tujuan khusus pengajaran. Model-model mengajar yang dimaksud ditujukan kepada para guru untuk dapat memilih alternatif guna meningkatkan efektifitas pengajaran dalam metode mengajar yang interaktif. Bruce R, Joyce menjelaskan bahwa fungsi dari strategi mengajar adalah menyediakan sebuah model atau paradigma dengan mana lingkungan pendidikan dapat dibentuk, yang nantinya meletakkan rencana atas mana kurikulum, atau paket-paket media, dapat dikembangkan, atau atas dasar mana guru dapat mengembangkan model prilakunya untuk dapat mencapai pengaruh seperti yang diharapkan.
Atas dasar itu tidak salah jika kemudian paul D. Eggen dkk. Menyebutkan bahwa sebuah model mengajar dapat dianggap sebagai sebuah bentuk cetak biru untuk mengajar
Dengan membahas model-model mengajar seperti di atas memberi kemungkinan untuk memahami bagaimana penerapannya dalam pengajaran, sebab model-model tersebut pada umumnya cocok untuk keperluan pengajaran IPA. Namun keberhasilannya amat tergantung pada filosofi guru, karakteristik mata pelajaran, kemampuan rata-rata siswa dalam belajar. Model mengajar merupakan sebuah perencanaan pengajaran yang mengembangkan proses yang akan ditempuh dalam proses belajar-mengajar agar dicapai prilaku seperti yang diharapkan.
B. Pembelajaran
Pembelajaran bukan suatu kegiatan yang statis, tetapi merupakan interaksi yang dinamis antara kondisi sosial, tujuan pengembangan berpikir, teori-teori belajar, teknologi yang mendukung terutama apsek personal dan intelektual dari pelajaran (Arifin, 2000 : 118). Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Pembelajaran merupakan serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.
Peran guru dalam pembelajaran meliputi merencanakan, melaksanakan pengajaran, memberikan balikan. Perencanaan meliputi : 1) tujuan apa yang hendak dicapai, 2) bahan pelajaran yang dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan, 3) bagaimana proses belajar yang akan dicitakan oleh guru agar siswa mencapai tujuan secara efektif dan efisien, 4) bagaimana menciptakan dan menggunakan alat-alat untuk mengetahui atau mengukur apakah tujuan itu tercapai atau tidak (Ali, 2000: 4).
Pembelajaran memiliki makna dan pengertian yang lebih luas dibanding pengertian mengajar. Dalam pembelajaran tersirat adanya suatu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan antara siswa yang belajar dengan guru yang mengajar. Pada kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang (Usman, 1999 : 4). Menurut Usman (1999 : 59) persiapan mengajar yang baik harus memenuhi kriteria; (1) materi dan tujuan yang disampaikan mengacuh pada GBPP, (2) proses belajar mengajar menunjang pembelajaran aktif dan mengacu pada analisis materi pelajaran (AMP), (3) terdapat keselarasan antara tujuan, materi dan alat penilaian, (4) dapat dilaksanakan, (5) mudah dimengerti/dipahami
Dalam pembelajaran, guru yang mengajar melakukan serangkaian kegiatan belajar. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Dengan demikian belajar merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, adalah penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar guru dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa (Hamalik, 2001 : 27-29).
Setiap guru selalu mencari cara bagaimana agar dalam berinteraksi, semua faktor dapat berintegrasi sehingga diperoleh hasil sebaik mungkin. Cara mengajar atau yang lebih dikenal sebagai metode pembelajaran menyangkut permasalahan kegiatan apa yang harus diberikan kepada siswa sehingga kemampuan intelektualnya dapat berkembang, dan belajar dapat berjalan secara efisien serta bermakna bagi siswa (Arifin, 2000 : 118).

C. Teknik Bertanya, Pertanyaan Produktif, Fungsi Pertanyaan dalam Proses Belajar Mengajar dan Klasifikasi Pertanyaan
Bertanya merupakan aspek penting dalam kegiatan pembelajaran. Dalam suatu kegiatan pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam belajar sering melibatkan pertanyaan-pertanyaan yang berasal dari siswa. Jika seorang siswa bertanya berarti ia sedang berpikir atau memikirkan sesuatu. Oleh sebab itu bertanya dapat dikatakan sebagai indikator seseorang sedang berpikir. Seseorang mulai berpikir ketika ia sedang menghadapi sesuatu masalah. Tujuan siswa berpikir di kelas umumnya untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan akhir dari suatu pendidikan pada dasarnya adalah berpikir. Tidak mungkin terjadi proses belajar tanpa melibatkan ketrampilan berpikir tertentu (Arifin, 2000 : 148).
Seorang guru memiliki tugas untuk mempengaruhi kemampuan intelektual siswa agar dapat berfungsi secara optimal. Oleh karena itu siswa harus diberi kesempatan secara aktif dalam percakapan dikelas selama pembelajran berlangsung. Strategi yang digunakan guru harus mampu memberi stimulus bagi terjadinya interaksi yang memungkinkan siswa mengalami proses belajar secara student centered. Bentuk interaksi yang utama didalam kelas adalah guru bertanya-siswa menjawab baik secara lisan maupun tertulis (Hammersly, dalam Warsono, 1994 : 39).
a. Teknik Bertanya
Dalam pembelajaran, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa, yaitu: 1) meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, 2) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan, 3) mengembangkan pola dan cara belajar aktif siswa sebab berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya, 4) menuntun proses berpikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik, 5) memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
Bentuk pertanyaan hendaknya disesuaikan dengan situasi kelas dan kondisi siswa dalam kelas. Bentuk pertanyaan yang perlu dikembangkan adalah bentuk pertanyaan yang menuntut siswa untuk berpikir kritis dan kreatif (Arifin, 2000 : 156). Teknik bertanya guru juga ikut mempengaruhi tingkat berpikir siswa. Ada beberapa teknik bertanya yang dapat dianut guru dalam mengajukan pertanyaan, yaitu teknik pemidahan giliran dan teknik menggali serta menuntun (Sandra & Evans, 1990: 208)
Dalam mengajukan pertanyaan, guru dapat memberi giliran kepada seluruh siswa, kemudian guru memilih beberapa siswa untuk menjawab dengan cara bergantian. Tujuan cara ini adalah mempertinggi perhatian dan interaksi antara siswa karena setiap siswa harus memperhatikan jawaban temannya, teknik ini dikenal sebagai pemindahan giliran (re- directing). Pertanyaan penggali (probe) merupakan teknik bertanya guru yang bertujuan untuk mengetahui lebih dalam pengetahuan yang melatar belakangi siswa. Terdapat tujuh cara yang dapat dilakukan guru untuk menggali lebih dalam jawaban siswa, yaitu: a) klarifikasi, b) meminta siswa memberi alasan, c) meminta kesepakatan umum, d) meminta ketepatan jawaban, e) meminta jawaban yang lebih relevan, f) meminta contoh, dan g) meminta jawaban kompleks. (Abimanyu dan D.N. Pah dalam Purwandono, 2000 : 19).
Teknik lain yang dapat digunakan guru adalah menerapkan pertanyaan penuntun. Teknik ini dapat digunakan guru untuk membantu siswa apabila jawaban yang diberikan siswa kurang tepat atau siswa tidak dapat menjawab. Tiga cara yang dapat digunakan untuk menuntun siswa menggunakan jawaban yang benar, yaitu : a) mengungkap kembali pertanyaan dengan cara yang lebih sederhana, b) mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana yang jawabannya dapat digunakan untuk menuntun siswa menemukan jawaban atas pertanyaan semula, dan c) mengulang penjelasan sebelumnya yang berhubungan dengan pertanyaan semula (Hasibuan, dalam Purwandono, 2000 : 19).
Dalam memgajukan pertanyaan, guru juga perlu mengindari hal, seperti mengulang pertanyaan sendiri, mengulang jawaban siswa, menjawab pertanyaan sendiri, pertanyaan yang memancing jawaban serentak, pertanyaan ganda, dan menentukan siswa terlebih dahulu sebelum pertanyaan diberikan (Hasibuan, dalam Purwandono, 2000 : 19). Selain ketiga teknik bertanya dan hal yang perlu dihindari guru, aspek lain yang perlu diperhatikan adalah waktu tunggu. Menurut Arifin (2000 : 156) berdasarkan hasil penelitian, waktu tunggu dibedakan menjadi dua jenis, yakni waktu tunggu 1 dan waktu tunggu 2. Waktu tunggu 1 sekurang-kurangnya tiga detik sedangkan waktu tunggu 2 sekurang-kurangnya lima detik. Hal ini dimaksudkan agar siswa merasa lebih siap dalam mengemukakan pendapatnya. Dengan demikian waktu tunggu berarti siswa diberi kesempatan untuk memikirkan jawaban yang tepat dengan susunan kalimat yang baik. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas guru hendaknya tidak melontarkan pertanyaan yang memerlukan waktu mendesak seperti pada cepat tepat, karena hal ini dapat menimbulkan kesulitan pada siswa. Oleh sebab itu waktu tunggu 2 lebih disarankan untuk dikembangkan selama kegiatan pembelajaran di kelas.
b. Pertanyaan Produktif
Guru merupakan salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam menciptakan lingkungan dan mendorong semua siswa untuk aktif melakukan kegiatan belajar (Sudjana, 1988: 36). Nasution (1995: 2) mengemukakan bahwa ada sepuluh prinsip yang berlaku pada guru yang baik, diantara sepuluh tersebut yang dapat memotivasi siswa adalah : 1) menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran, 2) mengaktifkan murid dalam hal belajar, 3) menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid, 4) mempunyai tujuan tertentu dari setiap pelajaran yang diberikannya, 5) tidak terikat oleh satu sumber buku, 6) tidak hanya menyampaikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga mengembangkan pribadi siswa.
Pertanyaan yang diberikan guru kepada siswa akan mempengaruhi cara berpikir siswa untuk menjawab permasalahan yang diberikan. Pertanyaan yang diberika guru hendaknya memacu siswa untuk dapat berpikir logis dan sistematis dalam memecahkan masalah. Menurut Roth & Roychoudhury (1993) tugas penting dalam pendidikan sains adalah membantu mengembangkan ketrampilan berpikir IPA. Djamarah (2000: 106) mengatakan bahwa bagaimana pun tujuan pendidikan, secara universal guru akan selalu mengajukan pertanyaan pada siswanya.
Pertanyaan yang dirumuskan dengan tepat dapat merupakan suatu alat komunikasi yang ampuh antara guru dengan siswa (Semiawan, et.al, 1989: 71). Bila seorang guru mengajukan pertanyaan, berarti ia memberi kesempatan pada siswa untuk menggunakan pikirannya (Carin & Sund, 1978 : 3). Pertanyaannya yang tepat akan dapat memupuk dan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menyatakan pendapat. Kemampuan menyampaikan pendapat oleh siswa sebagai respon terhadap pertanyaan guru tergantung pada jenis dan sifat pertanyaan. Pertanyaan dengan kategori tertentu akan membawa siswa berpikir dalam kategori tertentu pula. (Suharto, 1997: 16). Kategori berpikir dapat merujuk pada pandangan Bloom yakni berpikir dari yang kurang kompleks hingga yang lebih kompleks, yaitu: ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Montague, 1993: 89). Menurut Carlsen (Roth, 1996) pertanyaan yang diajukan oleh guru dapat menjadi indikasi kualitas proses pengajaran.
Good & Grouws (dalam Cole & Chan, 1994: 176) mengemukakan bahwa pertanyaan produktif memerlukan jawaban siswa sebagai hasil kesimpulan dan umumnya meminta uraian jawaban. Menurut Harlen (1988: 48) pertanyaan produktif memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan pertanyaan yang tidak produktif, seperti yang tampak pada Tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2.2
Karakteristik Pertanyaan

Karakteristik Pertanyaan
Tidak Produktif Produktif
 Memunculkan sains sebagai informasi.  Munculnya sains sebagai cara kerja
 Mengundang jawaban dari sumber kedua  Mengundang jawaban atas sumber pertama
 Mengundang jawaban satu yang benar  Mengundang jawaban benar yang bervariasi
 Jawaban hanya dapat dijawab dengan baik oleh siswa yang pintar saja  Memberi peluang bagi semua siswa untuk dapat menjawab pertanyaan dengan benar
(Harlen, 1988: 48)

Seperti yang telah dikemukakan pada latar belakang bahwa semakin baik kualitas pertanyaan yang diajukan guru pada siswa, maka semakin memberi peluang pada siswa untuk secara baik membangun pengetahuan yang baru. Menurut Elstgeest (dalam Harlen, 1992: 110) terdapat beberapa keunggulan pertanyaan produktif, diantaranya adalah: 1) dapat memusatkan perhatian siswa; 2) mendorong siswa melakukan kegiatan seperti menghitung dan mengukur; 3) mendorong siswa membandingkan suatu objek; 4) dan mendorong siswa memecahkan masalah.
Beberapa contoh pertanyaan produktif yang dapat diberikan guru dalam pembelajaran:
1. Pertanyaan untuk mendorong siswa memusatkan perhatian, pertanyaan ini meminta siswa untuk memusatkan perhatiannya pada satu objek, siswa diminta mengamati terlebih dahulu gambar atau objek dengan seksama sebelum menjawab pertanyaan. Contoh pertanyaan adalah: “Perhatikan gambar di depan, gambar apakah yang kamu lihat tersebut?”. Pertanyaan tersebut meminta siswa untuk memusatkan perhatiannya pada gambar yang terpampang di papan tulis, sehingga dapat menjelaskan gambar yangdiamtinya.
2. Pertanyaan membimbing siswa membandingkan beberapa contoh objek yang diamati, contoh pertanyaannya adalah : “Apa perbedaan yang terdapat pada dua biji tanaman itu?” atau “apa persamaam yang terdapat antara alat pemencaran tanaman jahe dan jarak?”. Sebelum menjawab pertanyaan, siswa dituntut terlebih dahulu untuk memperhatikan dan mengenali tanaman yang dimaksud. Siswa terlebih dahulu melakukan investigasi sebelum memberi jawaban.
3. Pertanyaan yang mendorong siswa melakukan tindakan/kegiatan sebagai contohnya adalah “Manakah yang paling jauh pemenca-rannya antara rumput ilalang, tanaman jahe dan pisang?” atau “Berapa jarak pemencaran biji pacar air (Impatiens balsamina L.) dari tumbuhan induknya?”.
Kedua pertanyaan diatas menuntut siswa melakukan tindakan atau kegiatan. Sebelum melakukan kegiatan siswa perlu terlebih dahulu merencanakan kegiatan, termasuk menyiapkan alat yang diperlukan dalam melakukan kegiatan. Dalam melakukan penukaran maka siswa dituntut menggunakan ketrampilan observasi dengan baik, begitupula saat siswa menjawab tumbuhan yang paling jauh pemencarannya maka siswa dibimbing untuk menggunakan ketrampilan menfsirkan hasil pengamatan.
4. Pertanyaan yang mendorong siswa untuk memecahkan masalah sebagai contoh “Apa yang terjadi jika tanaman pacar air yang buahnya telah masak diberi banyak air?”. Pertanyaan ini menuntut siswa melakukan kegiatan (percobaan) untuk memecahkan masalah tersebut.
Penerapan pertanyaan produktif dimaksudkan untuk membimbing siswa dalam mengembangkan ketrampilan proses sains yang dimilikinya, khususnya membantu siswa menggunakan pemikirannya untuk memperoleh pengetahuan dalam meningkatkan pemahamannya terhadap materi subjek yang dipelajari (Purwandono, 2000 : 7).
c. Fungsi Pertanyaan Dalam Proses Belajar Mengajar
Dalam proses belajar mengajar, pertanyaan memiliki beberapa fungsi yakni: 1) menimbulkan minat dan motivasi untu berpartisipasi aktif dalam pelajaran, 2) mengevaluasi persiapan siswa dan mencek pemahaman pekerjaan rumah atau tugas lain, 3)mendiagonsis kekuatan dan kelemhan siswa, 4) merangkum kembali (review) apa yang telah diajarkan, 5) memacu diskusi 6) mengarahkan siswa untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru dalam menggali permasalahan, 7) merangsang siswa mencari bahan data dari yang telah dimiliki, 8) mengembangkan dan membangun konsep diri siswa secara individu. (Carin & Sund, 1971: 2; Sharma, 1979: 49-50; Nasution, 1986: 162-163; Hasibuan & Moedjiono, 1995).
Chemprecha (1979: 11) menyatakan bahwa tujuan utama bertanya di dalam kelas adalah untuk membantu siswa mengembangkan cara belajar melalui penemuan diri dan bukan menguji sejauh mana siswa telah menghafal pelajaran yang diberikan. Hal ini senada dengan ungkapan bahwa hakekat belajar inkuiri adalah bartanya (Moh. Amien, 1987: 12)
Dalam bukunya Teaching Modern Science (1997: 94-118) Carin menekankan pentingnya penguasaan bertanya dan mendengar dalam mengajarkan IPA modern. Beberapa saran yang diajukan Carin tentang seni bertanya dan mendengar antara lain: berbicara sedikit tetapi banyak, banyak menggunakan pertanyaan divergen, mengusahakan agar pertanyaan yang merangsang siswa berpikir tingkat tinggi, menggunakan waktu tunggu yang tepat (3 detik atau lebih).
Disamping pertanyaan guru, upaya meningkatkan kemampuan siswa bertanya juga perlu diperhatikan oleh guru. Untuk itu perlu adanya suasana yang mendukung kearah tersebut. Menurut Jelly (1985: 50-51), pertanyaan verbal guru bukan merupakan satu-satunya faktor yang dapat meningkatkan suasana yang mendukung kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan. Jelly menyarankan perlu adanya kerangka pertanyaan (questioning framwork). Tahap pertama adalah merangsang minat siswa dengan cara memberi siswa kesempatan untuk berhubungan dengan benda-benda atau alat-alat (student’s cotac with material). Hal ini membawa konsekuensi bagi guru utnuk mempersiapkan alat-alat atau benda-benda yang merangsang rasa ingin tahu siswa (make children curicus). Berdasarkan kontak dengan benda atau alat-alat tersebut siswa dapat merespon pertanyaan guru dan menjawab sesuai dengan apa yang diinginkan guru. Respon siswa tersebut dapat berupa penggunaan kata-kata untuk mendeskripsikan atau membayangkan (aktivitas bahasa), berupa rangsangan (stimulus) untuk menggambarkan atau merancang dan membangun sesuatu (aktivitas seni), melakukan pengukuran (aktivitas matematika).
Untuk kegiatan pembelajaran IPA, kontak siswa dengan materi adalah pada saat kegiatan kelompok yang biasanya terdiri dari beberapa kelompok. Dengan membimbing siswa melakukan kegiatan, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya mula-mula guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang besifat observasional. Kemudian dilanjutkan dengan mengajukan pertanyaan agar siswa membandingkan hasil pengamatan, mengklasifikasikannya dan seterunsya.
Kontak siswa dengan materi

Respon siswa yang sesuai dengan
harapan guru

Menggunakan Digunakan sebagai Digunakan untuk
kata-kata stimulus *mengukur *mendeskripsikan *menggambar *berat
*menghayalkan *konstruksi *Memisahkan/
menyusun
Aktivitas seni &
Aktivitas bahasa megarang aktivitas
Matematika


Perhatian guru

Gambar 1.1: Kerangka Pertanyaan (questioning framework) untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi siswa untuk bertanya
(Diadaptasi dari Jelly, 1985: 51).
Berdasarkan penejalasan diatas, dapat diungkapkan bahwa peran pertanyaan dalam pembelajaran IPA sangat penting. Pertanyaan yang diajukan guru tidak hanya mengandalkan kemampuan verbal dalam bentuk pertanyaan lisan, tetapi harus didukung oleh situasi yang kondusif agar siswa termotivasi untuk menjawab maupun untuk mengajukan pertanyaan. Guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati benda-benda atau fenomena-fenomena yang berkaitan dengan pertanyaan yang diajukan guru. Dengan demikian siswa dapat menjawab sesuai dengan apa yang diharapkan guru.
d. Klasifikasi Pertanyaan
Dalam proses belajar mengajar di kelas, guru banyak sekali mengajukan pertanyaan kepada siswa, namun kebanyakan pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan hafalan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat diklsifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu: 1) menurut taksonomi Bloom, 2) menurut ketrampilan proses sains.
1. Menurut Taksonomi Bloom
Bloom (1956) mengklasifikasin jenis pertanyaan berdasarkan :cognitiv domain”, yaitu pertanyaan ingatan (recall), pemahaman (comprehension), aplikasi (aplication), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini:
2. Ketrampilan Proses Sains
Lebih difokuskan hanya pada ketrampilan intlektual meliputi mengamati (observasi), menggolong-golongkan (klasifikasi), menapsirkan hasil pengamatan (interpretasi), meramalkan, (prediksi), menerapkan konsep (aplikasi), berkomunikasi, mengajukan pertanyaan, merencanakan dan melakukan penyelidikan.




Tabel. 2.3
Jenjang Pertanyaan Menurut Bloom

Jenjang Pertanyaan Kemampuan respon yang dituntut Kata-kata yang bisa dipakai
Ingatan Mengingat kembali informasi berupa fakat, hasil observasi, definisi, dan dalil yang pernah dipelajari Apa, siapa, di mana, kapan, ke mana, dari mana, berapa
Pemahaman Mengorganisasi suatu informasi secara mental:
1. membuat deskripsi dengan kata-kata sendiri
2. menyatakan ide-ide pokok suatu hal dengan kata-kata sendiri
3. membuat perbandingan
4. menerjemahkan bahan informasi dari bahan komunikasi verbal ke bentuk lain.
5. meramalkan kelanjutan kecendrungan yang ada menurut data tertentu Uraikan, bandingkan, perjelas, kemukakan dengan kalimat lain, ceritakan dengan kata-katamu, terangkan pokok-pokoknya
Aplikasi Mengaplikasikan suatu aturan, teori, hukum, atau prinsip dalam situasi tertentu untuk memecahkan suatu masalah Aplikasikan, klasifikasikan, pilihlah, gunanakanlah, cari pemecahannya, berapa banyak?, yang manakah?, apakah yang menjadi...?
Analisis 1. Mengidentifikasi motif,alasan,atau penyebab kejadian yang spesifik
2. Mempertimbangkan dan menganalisis informasi agar tercapai kesimpulan
3. Menganalisis suatu kesimpulan atau generalisasi Gambarkanlah kesimpulannya, tentukan buktinya, identifikasi motif atau penyebab, analisislah berdasarkan..., mengapa?
Sintesis 1. Menghasilkan bahan komunikasi yang orisinil
2. Membuat suatu prediksi
3. Memecahkan suatu permasalahan Perkirakan, hasilkan, susunlah, kembangkanlah, bagaimana dapat dibuktikan? apa yang terjadi jika, bagaimana dapat dikembangkan?
Evaluasi 1. Membuat keputusan baik-tidaknya satu ide atau gagasan, pemecahan masalah atau karya seni.
2. Mengemukakan pendapat terhadap suatu isu Pertimbangkan, tentukan, apakah ini akan lebih baik? Bagaimana pendapatmu? apakah anda setuju?
Sumber: Hasibuan (1994)
Pertanyaan analisis (analysis) mempunyai tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan tiga jenis pertanyaan yang pertama. Siswa dituntut untuk lebih kritis dan mendalam. Analisis diartikan sebagai penguraian suatu komunikasi (pengertian, peristiwa) menjadi unsur-unsur penyusunnya, sehingga ide (pengertian, konsep) relatif menjadi lebih jelas dan hubungan antara ide-ide menjadi lebih eksplisit (Subiyanto, 1988ª).
Pertanyaan sintesis (synthesis) merupakan pertanyaan tingkat tinggi yang meminta siswa untuk menyusun suatu pemikiran mandiri dan kreatif. Sintesis diartikan sebagai penyusun bagian-bagian atau unsur-unsur sehingga membentuk suatu kesatuan yang sebelumnya tidak tampak jelas (Subiyanto, 1988ª; Hasibuan dkk,1994).
Pertanyaan evaluasi (evaluation) meminta siswa untuk mengemukakan pendapatnya terhadap suatu isu yang ditampilkan. Siswa juga dituntut untuk membuat keputusan mengenai baik-tidaknya suatu ide atau gagasan pemecahan masalah atau karya seni. Untuk dapat membuat suatu keputusan siswa diminta untuk menentukan kriteria-kriteria yang dipergunakannya. Kriteria-kriteria ini dapat dibedakan sehingga dengan demikian akan diperoleh jawaban yang berbeda-beda (Hasibuan dkk, 1994). Pertanyaan evaluasi ini menuntut proses berpikir yang tinggi.

D. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
1. Tujuan Pembelejaran IPA di Sekolah Dasar
Di Sekolah Dasar bidang studi IPA mempunyai tujuan agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan saling keterkaitannya serta siswa mampu menerapkan metode ilmiah yang dihadapinya dan bersikap ilmiah dalam memecahkan masalah dengan menyadari kebesaran Tuhan Yang Maha Pencipta.
Mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
(1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Pencipta berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya
(2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
(3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat
(4) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
(5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
(6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
(7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Dari rumusan tersebut jelas bahwa sasaran pembelajaran IPA di SD tidak hanya sekedar dikuasinya pengetahuan IPA oleh siswa, tetapi melalui pembelajaran IPA siswa juga dituntut dapat mengembangkan kemampuan yang dapat dialih gunakan yang meliputi kemampuan bernalar/berpikir rasional, kertampilan proses sains, kemampuan dasar-dasar teknologi, wawasan lingkungan, serta sikap dan nilai.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam GBPP kurikulum SD 1994 telah dilengkapi dengan konsep-konsep dasar yang perlu dibahas untuk memberikan pengetahuan minimal yang harus dimiliki siswa, dan dilengkapi dengan rambu-rambu pembelajaran, sebagai salah satu alternatif agar pembelajaran lebih bermakna.
Beberapa kegiatan pembelajaran yang disarankan dalam GBPP antara lain adalah: melakukan percobaan, mendiskusikan, membahas, menggambar denah, mengklasifikasikan, menyelidiki dan sebagainya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Carin (1993) yang menyatakan bahwa untuk melatih ketrampilan proses sains dapat dilakukan dengan kegiatan minds-on & hands-on.
Melalui kegiatan-kegiatan tersebut akan mengasah ketrampilan siswa dalam mengobservasi, mengklasifikasi, mengumpulkan data dan sebagainya sehingga dapat meningkatkan ketrampilan proses sains siswa. Selain itu melalui kegiatan manipulasi terhadap suatu objek juga dapat meningkatkan ketrampilan berpikir siswa, karena pada saat siswa melakukan manipulasi terhadap sautu obyek, proses mental tetap berjalan. Dengan demikian melalui kegiatan tersebut tidak hanya konsep saja yang dapat dikembangkan, tetapi juga ketrampilan proses sains dan sekaligus ketrampilan berpikir rasional siswa dapat dikembangkan.

2. Model-Model Pembelajaran IPA
Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk merancang pembelajaran tatap muka di ruang kelas atau setting tutorial dan untuk menyusun materi instruksional yang meliputi buku-buku, film, pita rekaman, program kurikulum (Joyce & Weil, 1986). Setiap model akan membantu kita dalam mendesain program pembelajaran untuk membantu siswa mencapai berbagai tujuan pembelajaran. Suatu model pembelajaran yang baik akan memberi petunjuk tentang prosedur ilimiah, yaitu suatu prosedur yang sistematis untuk mengubah prilaku siswa; spesifikasi hasil belajar yang diinginkan, spesifikasi lingkungan/suasan belajar; kriteria penampilan siswa yang diinginkan; dan cara-cara pelaksanaan dalam proses pembelajaran (Tobing, dkk, 1990)
Berdasarkan pernyataan tersebut jelas bahwa dalam menentukan model pembelajaran untuk anak sekolah dasar harus diperhatikan karakteristik anak tersebut, tujuan pembelajaran yang diinginkan, kondisi lingkungan anak, dan konsep yang diajarkan. Conny R. Semiawan (1991). Mengatakan bahwa model pembelajaran yang cocok dan yang paling efektif untuk anak SD pada masa sekarang adalah yang mencakup kesesuaian antara situasi belajarnya dengan situasi kehidupan nyata di masyarakat. Selanjutnya dinyatakan bahwa latihan menemukan ciri-ciri esensial dari situasi kehidupan yang berbda-beda akan meningkatkan kemampuan menalar, berprakarsa, dan berpikir kreatif pada anak didik.
Model pembelajaran yang cocok untuk anak-anak sekolah dasar Indonesia adalah belajar melalui pengalaman langsung “learning by doing” (Purwadi, dan Tisno, 1995). Model pembelajaran ini memperkuat daya ingat dan biayanya murah sebab menggunakan alat dan sumber belajar yang tersedia di lingkungan anak sendiri.
Piaget mengatakan bahwa pengalaman langsunglah yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak (Wardsworth, 1971). Efisiensi pengalaman langsung sebagai faktor pendorong lajunya perkembangan kognitif tergantung pada konsistensi hubungan antara metode dan bahan ajar dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Anak akan siap untuk mengembangkan konseptertentu hanya bila anak telah memiliki struktur kognitif (skemata) yang menjadi persyaratan. Perkembang kognitif bersifat hirarkis dan integratif. Oleh karena itu, menurut piaget, bila metode mengajarnya tidak mengikuti prinsip “kapan mengajar apa” metode ini tidak efisien.
Ada beberapa model pembelajaran yang biasa digunakan dalam pembelajran IPA, antara lain: model pembentukan konsep, model berpikir induktif, model perkembangan kognitif, model advance organizer, dan model inkuiri ilmiah. Kelima model tersebut tergolong dalam keluarga model pengolahan informasi. Keluarga model informasi beranjak dari cara-cara manusia dalam mengolah informasi, yaitu bagaimana manusia menanggapi rangsangan dari lingkungannya, mengorganisasi data, mendeteksi dan memecahkan masalah, mengembangkan konsep dan menggunakan simbol-simbol (Joyce & Weil, 1986).
Perkembangan selanjutnya ada beberapa model pembelajaran IPA yang tergolong dalam keluarga model pengolahan informasi dikembangkan oleh para ahli. Model ini dikembangkan berdasarkan pada pandagan konstruktivis, yaitu bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengaturan diri (self regulation). Pada akhir proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya (Bell, 1993; Driver dan Leach, 1993)
Model pembelajatan IPA yang didasarkan pada pandangan konstruktivis diantaranya: Learning cycle (Ramsey, 1993). Model ini mengikuti pola tertentu sebagai model dan terdiri atas tiga tahap yang berbda yaitu: eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Ciri-ciri masing tahap digambarkan dalam uraian sebagai berikut:
a. Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini guru melibatkan siswa pada satu atau beberapa pengalaman konkrit dimana mereka mengobservasi dan menemukan konsep-konsep penting yang terlibat. Konsep-konsep ini kemudian digunakan dalam kegiatan berikutnya untuk menemukan hubungan antara konsep. Berbekal pengalaman mengeksplorasi siswa membentuk kesimpulan untuk menjelaskan hasil observasi, serta merancang pengujian hipotesis. Bagian ini memungkinkan terjadinya miskonsepsi. Siswa secara khusus menggunakan/memperlakukan benda-benda dengan struktur pengorganisasian yang terbatas baik secara individu, perpasangan atau kelompok kecil kemudian berbagi pengalaman dengan kelompok lain yang lebih luas. Siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi pengetahuan yang lama, membandingkan pengetahuan baru, serta menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bahasa siswa.
b. Tahap Pengenalan Konsep
Pada tahap kedua guru mebantu siswa dalam menidentifikasi konsep, prinsip atau hubungan-hubungan setelah siswa memiliki dasar pengalaman yang sungguh-sungguh pada kegiatan eksplorasi. Pada bagian ini guru mengenalkan istilah, kalimat dan penjelasan yang lebih membantu pengkomunikasian dan pemahaman pengalaman konkrit siswa. Materi-materi seperti buku, bahan tertulis lainnya, dan sumber belajar lain diperlukan untuk penyusuna konsep-konsep. Untuk memperkuat pemahaman siswa dipergunakan strategi bertanya dan kegiatan lain
c. Tahap Aplikasi Konsep
Dalam tahap ketiga, siswa menggunakan apa yang telah mereka pelajari untuk menyelidiki contoh-contoh baru tetapi masih berhubungan. Melalui kegiatan guru mengajukan suatu masalah yang dapat dipecahkan berdasarkan pengalaman eksplorasi sebelumnya dan pengenalan konsep.
Berdasarkan pola dan ciri tahap-tahap siklus belajar tersebut, maka model ini dimungkinkan untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA di SD Puser &Renner dalam Ramsey, 1993). Karena model siklus belajar ini memberikan pengalaman konkrit atau pengalaman fisik dan interaksi sosial bagi siswa dengan maksud mengembangkan pemahaman konseptual melalui tiga tahapan dalam model ini.

E. Inquiri
1. Pengertian
Menurut Koes (2003) yang dikutip oleh Handayani, dkk. (2005: 68), inkuiri adalah suatu metode yang digunakan dalam proses pembelajaran yang mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan atau informasi, atau mempelajari suatu gejala. Dengan metode inkuiri, pengetahuan yang diperoleh sebagian besar didasarkan pada hasil usaha sendiri.
Pendekatan inkuiri memberikan pemahaman bahwa siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar. Latihan inkuiri berfungsi mengembangkan kemampuan untuk merealisasikan rasa ingin tahu tersebut melalui eksplorasi atau penyelidikan, memberikan arah sehingga mereka dapat mengeksplorasi hal-hal tersebut dengan lebih terarah.
Dalam proses pembelajaran, seorang siswa dapat dikatakan sedang melakukan proses inkuiri jika dalam pembelajarannya dilatih merumuskan problemnya, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat kesimpulan, dengan demikian dapatlah disimpulkan inkuiri adalah proses pembelajaran yang menekankan keaktifan belajar siswa untuk melakukan proses-proses mental, misalnya merumuskan problem, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.
Tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah membantu para siswa mengembangkan kemampuan dan ketrampilan intelektual, dalam memunculkan pertanyaan dan mencari jawaban berkenaan dengan hal-hal yang ingin siswa ketahui.
Walaupun awalnya pembelajaran inkuiri digunakan pada bidang seni, tetapi pada perkembangan selanjutnya inkuiri dapat diterapkan dalam hampir semua bidang ilmu dan profesi, khususnya dalam topik-topik yang mengandung masalah (Syaodih, 2004: 252).
Jarolinek Bruner (dalam Sudirman, 1987: 169) mengemukaka beberapa kelebihan dari metode inkuiri, yaitu: (1) dapat diberikan pada setiap tingkat umur dengan kesulitan yang berbeda; (2) siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide baik; (3) membantu menggunakan ingatan kepada situasi-situasi proses belajar yang baru; (4) mendorong siswa untuk berfikir cermat dalam merumuskan hipotesisnya sendiri; (5) memberikan kepuasan yang bersifat instriksi; dan (6) situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
Selain mempunyai kelebihan, metode inkuiri juga memiliki beberapa kekurangan seperti yang dikemukakan oleh Sudirman (1998: 171-172) antara lain:
a Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang tadinya menerima informasi menjadi belajar mandiri dengan mencari dan mengolah informasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah hal yang mudah.
b Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajarnya yang umunya sebagai penyaji informasi menjadi fasilitator dan motivator. Hal ini merupakan pekerjaan yang tidak gampang karena umumnya guru merasa belum mengajar dan belum puas kalau tidak banyak menyajikan informasi (ceramah).
c Metode ini banyak memberi kebebasan pada siswa dalam belajar, tetapi kebebasan tersebut tidak menjamin bahwa siswa akan belajar dengan baik.
d Metode ini tidak efesien khususnya untuk mengajar siswa dalam jumlah besar sedangkan jumlah guru terbatas.
Adapun kelemahan-kelemahan di atas kita dapat mengerti, sebab dalam pelaksanaannya lebih menetikberatkan kepada kegiatan siswa. Untuk mengikuti kegiatan ini memerlukan pemahaman yang matang kondisi siswa, penggunaan media belajar, dan strategi belajar yang matang jika tidak maka siswa tersebut tidak akan menganalisis sesuatu dengan baik.
2. Langkah-langkah pembelajaran inkuiri
Menurut Suchman langkah-langkah yang harus dilakukan guru, agar inkuiri dapat berlangsung terus sehingga temuan baru bermakna bagi siswa, adalah 1) mnciptakan kemerdekaan untuk memiliki dan mengekspresikan ide-ide dan mengetes ide-ide tersebut dengan data, 2) menyediakan suatu lingkungan yang responsiv sehingga setiap ide/gagasan didengar dan dimengerti, serta memperoleh data yang diperlukan, 3) membantu siswa menemukan suatu pengarahan untuk bergerak maju; suatu tujuan untuk pengajaran intelektual (tingkat intelektual yang lebih tinggi).
Strategi mengembangkan inkuiri menurut Brady (Depdiknas, 2002), adalah; Tingkatan pertama memproses (first-level processes), meliputi pengingatan (recalling), pengamatan (observing), membandingkan (comparing/constracting), penggolongan (classifying), penjelasan (defining), interpenting, dan generalisasi (generalizing). Sejalan dengan pendapat tersebut, Depdiknas (2002) mengemukakan bahwa kata kunci dari strategi inkuiri adalah menemukan sendiri, selanjutnya Depdiknas (2002), menyatakan langkah-langkah inkuiri dapat dikelompokkan menjadi empat langkah, yaitu; (1) merumuskan masalah, contohnya ada berapa jenis timbuhan menurut bentuk bijinya (2) mengamati atau melakukan observasi, contohnya mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau dari obyek yang di amati. (3) menganalisis atau menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan dan karya lainnya, contohnya siswa membuat penggolongan tumbuh-tumbuhan sendiri. (4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien yang lain, contohnya seperti melakukan refleksi, bertanya jawab dengan teman atau menempelkan karya tulis dan sejenisnya didinding kelas atau pada majalah dindinh sekolah.
Joice (2000: 109-122) menjelaskan langkah-langkah inkuiri yang dirangkum sebagai berikut.
a. Konfrontasi masalah, yang mencakup menjelaskan prosedur inkuiri, menyajikan peristiwa-peristiwa yang berisi kesenjangan, mengumpulkan data dan melakukan verisfikasi, merumuskan objek dan kondisinya, dan merumuskan peristiwa dari situasi yang mengandung masalah.
b. Mengumpulkan data dan percobaan, yaitu memisahkan variabel yang relevan, dan merumuskan dan menguji hubungan sebab akibat.
c. Analisis dan proses inkuiri, mencakup kegiatan menganalisis strategi inkuiri dan mengembangkan yang lebih efektif.
3. Komponen Pembelajaran dalam Pendekatan inkuiri
Pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri diorganisir sebagai berikut:
a Konsep/subkonsep
Konsep atau sub konsep dirumuskan secara ringkas dan jelas
b Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara jelas dan operasional yang berisi proses dan produk
c Rumusan masalah
Masalah untuk masing-masing kegiatan dinyatakan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan
d Alat dan bahan
Alat dan bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa serta diusahakan mudah diperoleh dei sekolah, di rumah atau di masyarakat sekitar
e Kegiatan belajar mengajar
Kegiatan belajar mengajar terdiri dati tiga tahapan yaitu;
1) Merumuskan masalah, pada tahap ini siswa menerima informasi dari guru tantang materi pokok bahasan atau konsep/subkonsep, dengan bimbingan guru siswa mengungkapkan pengalaman sehari-hari yang terkait dengan konsep/subkonsep yang dibahas, dengan bimbingan guru siswa merumuskan masalah yang harus dijawab melalui kegiatan inkuiri.
2) Mengamati (observasi), menganalisis dan menyajikan hasil, pada taha ini dengan bimbingan guru melakukan pengamatan dan observasi sehingga dapat mengumpulkan data dari sumber atau obyek yang diteliti, kenudian menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, table, dan karya lainnya.
3) Mengkomunikasikan hasil karya, pada tahap ini siswa menyajikan hasil karya pada teman sekelas, guru, untuk mendapatkan masukan, melakukan refleksi, bertanya jawab. Diakhiri dengan kesimpulan dan komentar dari guru.
Proses belajar mengajar akan dapat berjalan dengan baik atau akan mendapat hasil yang maksimal jika guru menggunakan alat dan media yang tepat selama pembelajaran berlangsung.
..........Media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran disekolah..... (Hamalik, 1994: 12).

Jadi alat atau media belajar ini berfungsi untuk memperjelas pembelajaran yang diberikan oleh guru atau sedang dipelajari oleh siswa. Media atau alat pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan belajar, sehingga tujuan belajar dapat dicapai. Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar tidak dinilai dari kecanggihan medianya, tetapi yang paling penting adalah fungsi dan peranannya dalam peningkatan kualitas pembelajaran.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Dalam penelitian ini dicari tingkat kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan produktif untuk mendukung pembelajarn IPA berbasis inkuiri terhadap proses belajar siswa, sedangkan metode eksperimen mengungkapkan hubungan antara dua variabel lainnya (Nana Sudjana dan Ibrahim, 1989: 19). Ada tiga sifat penting dari penelitian eksperimen yaitu kontrol, perlakuan dan pengukuran (Nana Sudjana dan Ibrahim, 1989: 22).
B. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Sebelum penelitian dimulai, dilakukan persiapan penelitian yang meliputi kegiatan berikut ini.
a. Mengkonsultasikan pemilihan judul
b. Membuat proposal penelitian
c. Memperbaiki proposal penelitian
d. Mencari dosen pembimbing
e. Mengurus perizinan penelitian dilingkungan UPI
f. Melakukan observasi pendahuluan yaitu melakukan konsultasi dengan kepala sekolah dan guru-guru kelas di SDN Pancasila Lembang-Bandung
g. Menentukan siswa yang akan diteliti
h. Membuat jadwal pelajaran sebelum melakukan penelitian
i. Membuat rancangan pembelajaran, mengembangkan bahan ajar, dan menganalisisnya secara teoritik
j. Membuat alat pengumpul data yang akan digunakan sebagai instrumen penelitian berupa LKS, pretest/postest, dan lembar obeservasi siswa dalam bentuk pilihan ganda dan uraian.

















Alur Kegiatan Penelitian
Alur penelitian yaitu jalannya penelitian supaya peneliti tidak menyimpang dari apa yang sudah direncanakan.









































Gambar 3.1 Alur Kegiatan Penelitian
2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
a. Pertemuan I (Waktu 2 x 35 menit)
1) Perencanaan
Pada tahap ini guru merencanakan dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas, selain itu pada tahap ini peneliti mempersiapkan lembar observasi untuk digunakan pada waktu observasi proses belajar mengajar
2) Tindakan
Pada tahap ini pelaksanaan belajar mengajar pada mata pelajaran IPA dilakukan sesuai dengan persiapan yang telah direncanakan, guru melakukan proses belajar mengajar sebagaimana biasanya. Dalam hal ini guru menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri
3) Observasi
Dalam tahap ini guru melaksanakan pemantauan (observasi) proses belajar mengajar IPA yang dilakukan oleg guru (peneliti). Sasaran pemantauan yang diutamakan adalah aktivitas belajar siswa dengan menggunakan instrumen yang telah dilakukan
b. Pertemuan II (Waktu 2 x 35 menit)
1) Perencanaan
Setelah diperoleh gambaran awal tentang proses pembelajaran dan hasil belajar siswa, guru menyusun persiapan pembelajaran IPA pada pertemuan kedua dengan pembelajaran berbasis inkuiri, guru merancang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menggunakan langkah-langkah yang tepat, serta guru mempersiapkan instrumen yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran tersebut
2) Tindakan
Pada tahap ini, pembelajaran IPA dilaksanakan dengan pembelajaran yang berbasis inkuiri, siswa mengidentifikasi sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan dan memberikan tes pertemuan II berupa LAS dan postest dalam bentuk uraian sesuai dengan perencanaan
3) Observasi
Tahap observasi dilakukan oleh guru (observer) dengan memperhatikan proses pembelajaran dan ada beberapa aspek yang menjadi perhatian dalam observasi ini yaitu menyangkut intelektual siswa seperti, mengajukan pertanyaan kepada guru, menjawab pertanyaan dari teman, kreativitas, perhatian, keterbukaan, dan rasa ingin tahu, sedangkan yang menyangkut sosial meliputi kerjasama antar siswa, rasa percaya diri, kepedulian terhadap orang lain, dan saling menghargai pendapat
c. Pertemuan III (Waktu 2 x 35 menit)
1) Perencanaan
Pada tahap ini guru menyusun persiapan pembelajaran IPA dengan pokok bahasan yang berbeda dengan pertemuan pertama dan kedua, tetapi dengan menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri dengan tujuan memperbaiki kelemahan, hambatan, dan kekurangan yang ditemui pada pertemuan pertama dan kedua

2) Tindakan
Melakukan pembelajaran IPA sesuai dengan yang direncanakan yaitu siswa mengamati lingkungan yang bersih dan lingkungan yang tidak bersih yang ada disekelilingnya serta dapat menjelaskan upaya pelestariannya dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki kelemahan, hambatan dan kekurangan dari pembelajaran yang ditemukan pada pertemuan pertama dan kedua. Dan memberikan tes pertemuan III berupa postest dalam bentuk isian
3) Observasi
Tahap observasi dilakukan oleh guru (observer), proses pembelajaran yang telah dilakukan dapat mencapai tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka data yang telah dikumpulkan dioleh dan ditarik kesimpulannya.
C. Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pancasila Lembang-Bandung pada semester II Tahun ajaran 2008-2009. Jumlah siswa yang dijadikan subjek penelitian sebanyak 32 orang, yang terdiri dari 17 laki-laki dan 16 orang perempuan. Karakteristik dari subjek penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1) Letak geografis, SDN Pancasila di jalan Peneropong Bintang Desa Gudang Kahuripan Kec. Lembang Kab. Bandung barat; 2) Kondisi sosial ekonomi siswa, rata-rata siswa yang masuk ke sekolah ini berlatar belakang sosial ekonomi keatas dan menengah. Karena sebagian besar orang tua siswa bekerja sebagai PNS dan Wiraswasta/pengusaha.
Ada beberapa alasan yang dijadikan bahan pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini, yakni:
1. SDN Pancasila memiliki lingkungan yang sangat bersih, sederhana, penataan atau tata letak ruangan cukup bagus, dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas seperti, komputer, drum bend, wartel, dan kantin. Selain itu SDN Pancasila lokasi sekolah sangat stretegis dan dekat dengan pegunungan sehingga memberikan suasana yang asri sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi siswa pada proses pembelajaran.
2. Peneliiti ingin mendapatkan pengalaman baru dan mengembangkan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran IPA di kelas IV untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan produktif
3. Pimpinan sekolah dan guru-guru menyambut baik pelaksanaan penelitian ini.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Lembar Soal Pretest/Postest
Digunakan untuk mengetahui dan memperoleh data tentang konsep awal siswa sebelum diberi tindakan dan konsepsi akhir setelah diberikan tindakan
2) LKS/LAS
Digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa dalam pemahaman pengetahuan


3) Lembar Evaluasi
Digunakan untuk mengetahui data kemampuan siswa dalam penguasaan materi
4) Lembar Observasi
Lembar observasi bertujuan untuk memperoleh data dan proses pembelajaran mulai dari pembukaan sampai penutup, diperoleh dengan mengisi cheeclist sesuai dengan urutan pembelajaran. Jika ada hal-hal di luar observasi, maka hal tersebut dicatat pada saran yang ada dibawah tabel.
5) Dokumentasi
Pendokumentasian ini berguna untuk melihat kegiatan siswa secara real selama proses pembelajaran dengan pembelajaran berbasis inkuiri.
E. Tekhnik Pengumpulan Data
Dalam Penelitian ini, tahap pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas, situasi atau kejadian yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian. Tahap pengumpulan data dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang kemampuan bertanya siswa secara tulisan dan lisan. Pertanyaan tulisan dan lisan dijaring pada saat tanya jawab dengan nara sumber dan melalui pemberian Lembar Aktivitas Siswa (LAS), berupa wacana dan gambar yang mengacu pada sub pokok bahasan Sumber Daya Alam dan Teknologi. Dari soal tersebut siswa diharapkan mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi yang diajarkan.

F. Analisis Data
Data yang diperoleh pada tindakan penelitian dianalisis sebagai berikut:
Hasil pengumpulan data berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa selama pembelajaran berlangsung berdasarkan pemanfaatan pemodelan pertanyaan dianalisis dan dikelompokkan menjadi:
1) Pertanyan produktif
2) Pertanyaan non produktif
3) Pertanyan berdasarkan bentuk pertanyaan (lisan dan tulisan)
Jenis pertanyaan dikelompokkan kedalam tabel dengan tujuan untuk membedakan indikator pertanyaan yang produktif, non produktif, dan pertanyan berdasarkan bentuk pertanyaan (lisan dan tulisan).
Untuk menghitung porsentase pemanfaatan pemodelan pertanyaan, data diolah berdasarkan indikator pertanyaan yang diajukan oleh siswa yaitu indikator pertanyaan yang produktif, non produktif, dan pertanyan berdasarkan bentuk pertanyaan (lisan dan tulisan), dari indikator pertanyaan yang muncul setelah dikumpulkan dan dikelompokkan berdasarkan tabel lalu dibuat porsentase berdasarkan rumus sebagai berikut:
% pertanyaan = ∑ pertanyaan setiap kategori X 100%
∑ total pertanyan
Setelah mengolah dan memporsentasekan yang muncul kemudian persentase pemodelan pertanyan disajikan dalam bentuk grafik yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan produktif.









BAB. IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Keadaan Sekolah
Sekolah Dasar Negeri Pancasila berada di jalan Peneropong Bintang Desa Gudang Kahuripan Kec. Lembang Kab. Bandung Barat. Sekolah ini memiliki 11 ruang kelas. Kelas I, kelas II, kelas III, dan kelas IV berada di lantai 1, sedangkan kelas V, kelas VI dan kelas calestung berada dilantai 2. Sekolah ini dilengkapi oleh satu ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, ruang mushola, ruang dapur, ruang WC dan ruang komputer yang berada dilantai dua. SDN Pancasila, memiliki halaman yang sangat luas dan bersih, sedangkan fisik sekolah sudah baik serta penataan atau tata letak properti yang berada di luar sangat rapi.
2. Profil Tenaga Pengajar
SDN Pancasila Bandung memiliki 28 orang guru kelas, dan 3 orang penjaga sekolah, dua orang guru agama islam, seorang guru agama kristen, dua orang guru penjas, dua orang guru bahasa inggris, dua orang guru komputer, seorang guru kesenian, dua orang pegawai tata usaha, satu orang guru pembina pramuka, serta seorang kepala sekolah. Rata-rata latar belakang pendidikan guru-gurunya telah berkualifikasi D2, serta sudah ada yang S1, dengan jumlah guru yang cukup banyak sekolah dasar ini memiliki prestasi yang menggembirakan dalam bidang pelajaran maupun dalam bidang ekstrakurikulernya. Di bawah ini adalah data guru SDN Pancasila Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

Tabel 4.1
Daftar Guru SDN Pancasila
Kecamatan Lembang Bandung

No. Nama NIP/Golongan Pendidikan Jabatan Ket
1. Akhmad Sopandi, S.Pd 130546151/IVB S1/2000 Kepala Sekolah
2. Min Rukmini, S.Pd 130643078/IVA S1/2004 Guru
3. Sri Suningrat 130642651/IVA D2/2002 Guru
4. Drs. Rensus Silalahi 131361211/IVA S1/1990 Guru
5. Tience Suhartini, S.Pd 131723843/IVA S1/2004 Guru
6. Neneng Rukmini 130952883/IVA D2/1995 Guru
7. Siti Mulyani, S.Pd 131017054/IVA S1/2004 Guru
8. Hj. Sri Nurhayati, S.Pd 131164907/IVA S1/1995 Guru
9. Pipih Sopiah 131165068/IVA D2/1999 Guru
10. Ucu Sutiasih, S.Pd 131543077/IIID S1/2005 Guru
11. Sukawati, S.Pd 131807017/IIID S1/2005 Guru
12. E Rina Herlina 131867676/IIID D2/1995 Guru
13. Wahyu Nursamsu, S.Pd 132026661/IIIC S1/2005 Guru
14. Ela Komala 132111629/IIIB D2/1993 Guru
15. Endang Sri Wahyuni, S.Pd 132150115/IIIB S1/2005 Guru
16. Ade Suhendar, S.PdI 131079758/IVA S1/2005 Guru Agama
17. Iis Aisah, S.PdI 131365167/IIID S1/2005 Guru Agama
18. Asep Sutisna 131724429/IIIC D2/2001 Guru Penjas
19. Dadang Juhana, S.Pd 131441327/IIID S1/1996 Guru Penjas
20. Hendra Maman Sobari 132077481/IIIA D2/1993 Guru
21. Yani Suryani 480194495/IIB D2/2001 Guru
22. D e d i 131024244/IIA SD/1977 Penjaga
23. Tuti Puspita - D2/2001 Guru Sukwan
24. Melinda Elmitia Putri - D2/2007 Guru Sukwan
25. S a r i n a - S1/2004 Guru Agama Kristen Sukwan
26. Yana. N, S.Pd - S1/2001 Guru Bhs Inggris Sukwan
27. Ine Parlina Rahmat - S1/2005 Guru Bhs Inggris Sukwan
28. Yudiana Saputra, S.Pd - S1/2001 Guru Komputer Sukwan
29. Dian Hadian, S.Pd - S1/2004 Guru Komputer Sukwan
30. Indra Budi Aji - S1/2003 Guru Kesenian Sukwan
31. Laharja Ridwan Mustofa - SMU/2000 Pramuka/
Tata usaha Sukwan
32. Moh. Salimi - D2/2008 Tata Usaha Sukwan
33. S u j u d - D2/2005 Pembina Pramuka Sukwan
34. Saprudin - SMP/1990 Penjaga Sukwan
35. Dede Suryatna - SD/1979 Penjaga Sukwan


3. Gambaran Awal Pelajaran IPA Sebelum Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Inkuiri di Kelas IV2
Orientasi pertama peneliti laksanakan di SDN Pancasila Lembang dengan melakukan studi dokumentasi terhadap beberapa perangkat administrasi pembelajaran yang dimiliki, diantaranya buku absensi siswa, program semester, dan rencana pembelajaran buku paket pegangan guru.
Pelajaran IPA sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 kelas 4 semester 2 memiliki 2 (dua) kompetensi dasar (KD) yaitu menjelaskan jenis asal dan pelestarian sumber daya alam, dan mendeskripsikan teknologi pengelolaan sumber daya alam dan pelestariannya.
Pada observasi tahap orientasi ini kondisi awal pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SDN Pancasila Lembang Bandung menunjukkan: 1) Pembelajaran IPA tanpa pembelajaran berbasis inkuiri dan tanpa menggunakan alat peraga, siswa hanya mendapatkan informasi dari guru, 2) Aktivitas siswa di kelas terlihat belum menunjukkan kondisi yang kondusif, sehingga terkesan siswa mengalami kejenuhan, dan 3) Keberanian siswa untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan dan mengeluarkan pendapat masih kurang.
B. Perencanaa dan Pelaksanaan Pertemuan I
1. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan ini, penelitian melewati beberapa tahapan yaitu:
Pertama, melakukan pengkajian terhadap kurikulum 2006 (KTSP) khususnya kelas IV untuk mencari Kompetensi Dasar yang akan digunakan sebagai materi dalam penelitian.
Kedua, menentukan jadwal penelitian, yaitu disesuaikan dengan jadwal pelajaran yang telah ada, dengan tujuan supaya tidak mengganggu proses belajar mengajar yang telah berlangsung.
Ketiga, merumuskan persiapan mengajar yang akan dilaksanakan pada saat pelaksanaan tindakan.
Keempat, merumuskan dan menetapkan lembar pengamatan, dalam lembar pengamatan tersebut ada beberapa aspek yang akan diteliti (lembar pengamatan terlampir).
Kelima, merumuskan dan membuat alat penilaian berupa soal-soal untuk tes tertulis LKS dan postest (terlampir)
Keenam, merumuskan langkah-langkah pengelolaan kelas yang efektif seperti media dan kelengkapan lainnya yang diperlukan dalam penelitian ini.
Ketujuh, mendiskusikan (mensosialisasikan) perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan dengan observer, sehingga akan tercipta kelancaran dalam pelaksanaan tindakan ini.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan ini disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan penelitian ini menekankan pada pembelajaran berbasis inkuiri untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan produktif yang diupayakan dan dikondisikan berdasarkan tahapan-tahapan yang telah dipersiapkan sebelumnya dalam tahap perencanaan dengan mengiplementasikan rencana tersebut yang telah dirumuskan oleh peneliti.
Penelitian ini disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Selama penelitian ini berlangsung, kegiatan ini terus dipantau oleh guru (observer), untuk mengamati jalannya tindakan yang sedang berlangsung.
Dibawah ini adalah proses pelaksanaan tindakan yang terbagi dalam tiga pertemuan. Untuk lebih jelasnya disesuaikan dengan lampiran persiapan mengajar pada pertemuan pertama dibawah ini:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN PERTAMA

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Pokok Bahasan : Jenis-jenis Sumber Daya Alam dan
Hasilnya
Sekolah : SDN Pancasila
Kelas/semester : IV. 2/II
Hari/tanggal : Rabu, 12 Maret, 2008
Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)
A. Standar Kompetensi : Memahami Sumber Daya Alam dan masyarakat
B. Kompetensi Dasar : Menjelaskan jenis asal dan pelestarian Sumber
Daya Alam
C. Indikator : 1.1 Memberi contoh berbagai jenis Sumber Daya
Alam dan hasilnya
1.2 Menggolongkan benda menurut asalnya,
misalnya daging dari hewan, logam dari mineral, meja dan
kursi dari kayu
D. Strategi Pembelajaran
Tahap Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu
Persiapan • Guru mempersiapkan segala sesuatu yang akan mendukung proses pembelajaran, seperti: mengatur ruangan, menyiapkan alat/media pembelajaran yang akan digunakan, dan sebagainya
• Membagi kelompok 5'
Pembukaan • Siswa dikondisikan kedalam situasi belajar yang kondusif
• Sebagai langkah awal guru melakukan apersepsi tentang sumber daya alam 5'
Inti • Dengan bimbingan guru siswa mengamati lingkungan yang ada disekelilingnya, kemudian mengadakan tanya jawab tentang sumber daya alam
• Siswa menjelaskan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
• Siswa mengelompokkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
• Siswa menggolongkan benda menurut asalnya, misalnya daging dari hewan, logam dari mineral, meja atau kursi dari kayu
• Siswa menyebutkan jenis-jenis sumber daya alam dan hasilnya
• Siswa mengelompokkan jenis sumber daya alam dan hasilnya
• Siswa menyebutkan usaha-usaha atau cara pelestarian sumber daya alam
• Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan tanya jawab baik secara lisan maupun secara tertulis tentang jenis-jenis sumber daya alam dan hasilnya
• Secara berkelompok siswa mengerjakan LKS yang telah dibagikan guru
• Siswa bersama-sama dengan guru membahas LKS yang telah dikerjakan siswa 5'


20'















10'




10'



Penutup • Guru menyampaikan kembali intisari dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
• Mengadakan pos test

10'

E. Pendekatan/Metode Pembelajaran : Pendekatan inkuiri. Pengamatan,
Ceramah, dan Tanya Jawab
F. Alat dan Media Pembelajaran
• Gambar-gambar yang berhubungan dengan sumber daya alam
• Lingkungan sekolah
• Pengalaman siswa
G. Penilaian Pembelajaran
• Prosedur tes : Pretest dan postest
• Jenis tes : Tulisan
• Bentuk tes : Pilihan Ganda
H. Sumber Rujukan
• Pandai Belajar Sains Kelas 4 dan Kelas 5 SD
Oleh: Ade Yeti Nuryantini, S.Pd. M. Pd
CV. REGINA. Anggota IKAPI - JABAR
• Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kelas IV SD
Proses pelaksanaan tindakan pertama ini adalah dengan melaksanakan rencana yang telah disiapkan oleh peneliti sebelum penelitian yaitu seperti persiapan pembelajaran. Dalam persiapan pembelajaran pada pertemuan pertama mengenai jenis-jenis sumber daya alam dan hasilnya. Dalam pertemuan pertama ini diharapkan ada beberapa hal yang diamati dan dinilai, diantaranya: aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam proses pembelajaran serta hasil pembelajarannya berupa tes tertulis. Aktivitas siswa yang diobservasi adalah dalam meningkatkan kreativitasnya di dalam kelas seperti kemampuan dalam mengajukan pertanyaan baik secara lisan maupun secara tertulis, memberikan pendapat, atau melakukan kerjasama dengan temannya. Proses pelaksanaan pertemuan pertama akan dideskripsikan sebagai berikut:
Persiapan
 Sehari sebelumnya siswa diberitahu tentang pembelajaran yang akan disampaikan.
 Guru menyiapkan alat peraga berupa gambar-gambar yang berhubungan dengan sumber daya alam
Pelaksanaan
 Siswa berdo’a dipimpin oleh ketua kelas dan memberi salam pada guru. Selanjutnya guru mengabsen siswa untuk mengetahui siswa yang tidak hadir. Dari hasil mengabsen ternyata semua siswa hadir, yang berjumlah 32 orang siswa. Setelah mengabsen siswa dikondisikan kedalam situasi belajar yang kondusif.
 Sebelum melakukan appersepsi guru membagi siswa ke dalam 7 kelompok. 6 kelompok berjumlah 5 orang dan 1 kelompok berjumlah 3 orang.
 Guru melakukan tanya jawab dengan siswa sebagai apersepsi untuk mengaitkan bahan pelajaran yang akan disampaikan dengan pertanyaan sebagai berikut; ”Apakah yang dimaksud dengan sumber daya alam?”dengan serentak siswa menjawab pertanyaan itu”. Selanjutnya guru melanjutkan pertanyaan lagi,”sebutkan contoh jenis-jenis sumber daya alam?” dan dengan serentak siswa menjawab. ”emas, padi, batu bara, tembaga, dan minyak bumi”, dan sebagainya.
Setelah melakukan appersepsi siswa dibawa keluar halaman sekolah untuk mengamati lingkungan yang ada disekitarnya. Tugas dari pengamatan ini siswa disuruh mencatat apa saja yang ada di lingkungan sekitar dengan jangka waktu yang diberikan selama 5 menit. Selesai pengamatan siswa masuk kembali ke kelas guna melanjutkan pelajaran dan kembali guru melanjutkan tanya jawab. ”anak-anak, siapa yang bisa menyebutkan apa saja yang dilihat dan yang dicatat diluar tadi?” dengan serempak siswa menjawab ada mobil, motor, gunung, tumbuhan, batu bata, kaca, dan jalan raya. Selanjutnya guru bertanya lagi, ”apa yang di maksud dengan sumber daya alam yang dapat diperbaharui?” salah seorang siswa menjawab, “sumber daya alam yang dapat bertambah bu,” “bagus”. Sekarang siapa yang bisa sebutkan contoh sumber daya alam yang dapat di perbaharui,” seremapak siswa menjawab, “tumbuhan bu,”. “Nah, siapa yang bisa menjelaskan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui,” saya bu, kata salah seorang siswa, “yaitu sumber daya alam yang tidak bisa di buat lagi”. Kemudian guru bertanya lagi, siapa yang bisa memberikan contoh jenis sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui! Dengan serempak siswa menjawab, “minyak tanah bu”, “Ya, bagus”. Setelah itu guru menyuruh siswa satu persatu maju kedepan untuk mengelompokkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Kemudian guru menyuruh siswa menggolongkan benda-benda menurut asalnya seperti: Uang dari logam, kursi dari kayu, dan daging dari hewan. Dan guru melanjutkan lagi tanya jawab. Anak-anak, siapa yang bisa sebutkan, bagaimana cara kita menjaga pelestarian sumber daya alam?” “serempak siswa menjawab, (1) mencegah penebangan hutan secara liar, (2) mencegah pembakaran hutan, (3) mencegah penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak, (4) mencegah pembuangan limbah pabrik dan, (5) melakukan penghijauan.
 Sebelum pembagian LKS, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan tanya jawab tentang materi pelajaran yang belum dimengerti atau yang belum dipahami. Kemudian guru membagikan LKS tentang mengelompokkan jenis-jenis sumber daya alam. Pada saat siswa bekerja kelompok (mengerjakan LKS) guru berkeliling untuk memberikan masukan dan arahan pada kelompok yang mengalami kesulitan atau yang mengajukan pertanyaan.
 Setelah selesai mengerjakan tugas secara berkelompok, guru menugaskan kepada setiap kelompok untuk melaporkan hasil kerjanya di depan kelas dan membahasnya bersama-sama
 Setelah selesai semua kelompok melaporkan hasil karyanya, guru menyampaikan kembali intisari materi pelajaran kemudian dilanjutkan dengan postest yang bertujuan guru ingin mengetahui keefektifan model pembelajaran.
 Guru menutup pelajaran dan memberikan informasi tentang pembelajaran selanjutnya.
3. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
Hasil pengamatan observasi ini dimaksudkan untuk mengetahui keaktifan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran dengan pembelajaran berbasis inkuiri. Pada saat proses belajar mengajar observer dapat menilai langsung aktivitas siswa sesuai dengan ciri deskriptor sebagai berikut:
Tabel 4.2
Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Peretemuan I
No. Aspek yang diamati Kualifikasi
A B C D
1. Siswa menunjukkan antusias mengikuti pelajaran √
2. Mengajukan pertanyaan kepada guru √
3. Menjawab pertanyaan dari guru √
4. Kemampuan mengemukakan pendapat √
5. Kerjasama antar siswa dalam kelompok √
6. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru √
7. Aktivitas siswa dalam diskusi √
8. Upaya siswa untuk menghargai waktu yang tersedia √
9. Aktivitas siswa dapat memecahkan masalah √
10. Menghargai pendapat orang lain √

Berdasarkan data di atas, dari tindakan pertama dideskripsikan sebagai berikut:
Pertama, pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri dalam pembelajaran IPA, dalam persiapan untuk proses pembelajaran ini dapat menunjukkan “baik” walaupun terkadang dilaksanakan oleh guru.
Kedua, dari aktivitas siswa di dalam kelas ketika guru menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri secara keseluruhan menunjukkan “baik”, hal ini dilihat dari aktivitas siswa yang begitu nampak dalam proses belajar dikarenakan siswa sudah tebiasa dengan model pembelajaran berbasis inkuiri, sehingga keaktifannya dalam mengajukan pertanyaan secara lisan dan tertulis sangat antusias sekali serta menghargai pendapat teman yang lain.
Ketiga, dalam penjelasan langkah-langkah kerja dan memberikan tugas pada kelompok sudah “cukup” walaupun masih ada siswa yang kurang memahami penjelasan guru.
C. Perencanaan dan Pelaksanaan Pertemuan II
Pelaksanaa pertemuan II meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan.
1. Perencanaan Tindakan
Sebelum dilakukan pelaksanaan tindakan kedua, guru dan observer mendiskusikan kekurangan pada pelaksanaan pertemuan I seperti; aktivitas guru, aktivitas siswa, dan memperbaiki persiapan guru. Adapun beberapa revisi terhadap kekurangan-kekurangan yang muncul pada pelaksanaan pertemuan I dan meningkatkannya. Dari hasil pelaksanaan pertemuan I untuk pelaksanaan pertemuan II disepakati beberapa perbaikan dan penyempurnaan antara lain sebagai berikut:
Pertama, menelaah kembali kelanjutan materi yang akan diberikan pada pelaksanaan tindakan kedua.
Kedua, merumuskan kembali rencana pembelajaran dan isntrumen penelitian yang akan disampaikan pada pertemuan kedua.
Ketiga, merumuskan strategi pembelajaran yang lebih baik dan memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang dan peningkatannya pada pertemuan pertama.
Keempat, menyampaikan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan dalam pembelajaran berbasis inkuiri. Untuk lebih jelas dalam penelitian in, peneliti lampirkan persiapan mengajar pada pertemuan II sebagai berikut:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN KEDUA


Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Pokok Bahasan : Sumber Daya Alam dan Teknologi
Sekolah : SDN Pancasila
Kelas/semester : IV. 2/II
Hari/tanggal : Selasa, 18 Maret, 2008
Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)

A. Standar Kompetensi : Memahami Sumber Daya Alam dan masyarakat
B. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan teknologi pengelolaan Sumber
Daya Alam dan pelesatariannya
C. Indikator : 2.1 Mengidentifikasi Sumber Daya Alam
dengan teknologi yang di gunakan
2.2 Menjelaskan hubungan antara Sumber Daya
Alam dan teknologi
D. Strategi Pembelajaran
Tahap Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu
Persiapan • Guru mempersiapkan segala sesuatu yang akan mendukung proses pembelajaran, seperti: mengatur ruangan, menyiapkan alat/media pembelajaran yang akan digunakan, dan sebagainya 5'
Pembukaan • Siswa dikondisikan kedalam situasi belajar yang kondusif
• Sebagai langkah awal guru melakukan appersepsi tentang sumber daya alam dan teknologi yang digunakan 5'
Inti • Siswa mengidentifikasi kembali jenis-jenis Sumber Daya Alam
• Guru menjelaskan hubungan antara Sumber Daya Alam dengan teknologi yang digunakan
• Siswa mengidentifikasi Sumber Daya Alam dengan teknologi yang digunakan
• Siswa menjelaskan cara pelestarian Sumber Daya Alam dengan teknologi yang digunakan
• Siswa mendeskripsikan cara atau usaha pelestarian sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan
• Siswa menyebutkan manfaat Sumber Daya Alam dan teknologi yang digunakan
• Siswa melakukan tanya jawab tentang Sumber Daya Alam baik secara lisan maupun secara tertulis
• Secara individu siswa mengerjakan LAS yang telah dibagikan guru
• Siswa bersama-sama dengan guru membahas LAS yang telah dikerjakan siswa 10'




10'










10'


20'


Penutup • Guru menyampaikan kembali intisari dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
• Mengadakan pos test


10'


E. Pendekatan/Metode Pembelajaran : Pendekatan inkuiri. Ceramah,
Tanya Jawab
F. Alat dan Media Pembelajaran
• Gambar-gambar yang berhubungan dengan sumber daya alam
• Pengalaman siswa
G. Penilaian Pembelajaran
• Prosedur tes : LAS dan Pos test
• Jenis tes : Tulisan
• Bentuk tes : Uraian
H. Sumber Rujukan
• Pandai Belajar Sains Kelas 4 dan Kelas 5 SD
Oleh: Ade Yeti Nuryantini, S.Pd. M. Pd
CV. REGINA. Anggota IKAPI - JABAR
• Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kelas IV SD
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan II ini merupakan implementasi dari rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya dengan memperhatikan perbaikan-perbaikan atau revisi dari tindakan I yang telah dilaksanakan. Pada tindakan II ini, materi yang akan diajarkan pada proses pembelajaran adalah tentang teknologi pengelolaan Sumber Daya Alam dan pelesatariannya.
Pada tindakan II ini penggunaan model pembelajaran yang digunakan tetap menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri. Secaraumum dapat dideskripsikan sebagai berikut.
Persiapan
 Sehari sebelumnya siswa diberitahukan tentang pembelajaran yang akan disampaikan.
 Guru menyiapkan alat peraga berupa gambar-gambar tentang pengolahan sumber daya alam.
Pelaksanaan
 Siswa berdo’a dipimpin oleh ketua kelasnya, lalau siswa memberi salam kepada guru dan observer. kemudian guru mengabsen siswa yang hadir pada pertemuan ke II, dan satu orang tidak hadir dari 32 siswa.
 Sebelum melakukan apersepsi siswa dikondisikan kedalam situasi yang kondusif.
 Guru membuka pembelajaran dengan mengadakan apersepsi yaitu tanya jawab dengan siswa tentang pelajaran mingggu lalu dengan yang akan disampaikan. “Anak-anak kalian masih ingat pelajaran minggu lalu?” siswa menjawab dengan serempak ingat Bu! Tentang sumber daya alam, baik kalau masih ingat, jadi apa arti sumber daya alam itu? Siswa menjawab secara serempak segala sesuatu yang terdapat dimuka bumi, bagus! Karena kalian sudah tahu, maka hari ini kita akan mempelajari tentang teknologi pengelolaan Sumber daya alam dan pelestariannya. Sebelum ibu melanjutkan pelajaran coba kalian amati gambar yang ada didepan kalian, setelah itu guru memberikan pertanyaan. Coba acungkan tangan siapa yang bisa menjawab alat pembangkit apa yang ada didepan kalian? Siswa ribut saya bu......saya bu......ya, coba firman sebutkan! Alat pembangkit tenaga listrik, bagus! Guru apa manfaat listrik bagi kita? Siswa mulai nampak berebutan untuk menjawab saya bu! Ya, Dewi coba jawab! Misalnya listrik dimanfaatkan untuk penerangan rumah dan lingkungan, bagus. Baiklah sekarang kerjakan LAS ini secara individu, siswa mengerjakan LAS kemudian guru berkeliling untuk memberikan masukan dan arahan pada masing-masing siswa.
 Beberapa menit kemudian, tugas dari masing-masing individu pun selesai, lalu guru bersama siswa membahas hasil LAS yang telah dikerjakan.
 Guru bersama siswa menyampaikan kembali intisari dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, dilanjutkan dengan kegiatan postest
 Guru menutup pelajaran dan memberikan informasi tentang pembelajaran selanjutnya.
3. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
Hasil pengamatan pada observasi pertemuan kedua ini digunakan untuk mengetahui sejauhmana keaktifan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Untuk mengetahui aktivitas tersebut dapat dilhat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2
Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Peretemuan I
No. Aspek yang diamati Kualifikasi
A B C D
1. Siswa menunjukkan antusias mengikuti pelajaran √
2. Mengajukan pertanyaan kepada guru √
3. Menjawab pertanyaan dari guru √
4. Kemampuan mengemukakan pendapat √
5. Kerjasama antar siswa dalam kelompok √
6. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru √
7. Aktivitas siswa dalam diskusi √
8. Upaya siswa untuk menghargai waktu yang tersedia √
9. Aktivitas siswa dapat memecahkan masalah √
10. Menghargai pendapat orang lain √

Berdasarkan data di atas, dan tindakan kedua dideskripsikan sebagai berikut:
Pertama, pelaksanaan pembelajaran IPA dengan pembelajaran berbasis inkuiri dalam persiapan pembelajaran ini dapat menunjukkan nilai “baik”, walaupun tindakan ini seperti pada tindakan pertama dikarenakan persiapan pembelajaran pada pertemuan kedua ini sudah menunjukkan kearah yang lebih baik dengan menyediakan berbagai media dan alat peraga buku sumber LAS untuk membantu kegiatan proses belajar mengajar dan antusias siswa serta motivasi sudah mulai nampak kelihatan dengan adanya kerjasama yang positif dalam mengerjakan LAS.
Kedua, dari aktivitas siswa di dalam kelas ketika guru menerapkan model pembelajaran berbasis inkuiri secara keseluruhan menunjukkan “baik” hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa sudah nampak dalam proses belajar, siswa mulai terbiasa dengan model pembelajara ini. Pada tindakan kedua ini siswa sangat antusias sekali dalam mengajukan pertanyaan walaupun belum terbiasa dan dapat dikategorikan “cukup”, siswa sudah dapat memberikan pendapatnya, sikap kerjasama siswa semakin bagus dan dapat dikategorikan “baik” hal ini dapat dilihat dari hasil kerjsama yang dilakukan.
Ketiga, guru dalam memberikan penjelasan serta langkah-langkah pembelajaran yang harus dilakukan siswa untuk setiap individu mulai ada perubahan dan dapat dikategorikan “baik” hal ini dapat dilihat bahwa siswa sudah mulai mengerti apa yang disampaikan oleh guru.
Keempat, hambatan tetap saja ada yaitu dalam mengkondisikan waktu dan pengelolaan kelas, dikarenakan oleh banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa dan ketertiban dalam pembelajaran kurang.






C. Hasil Penelitian
Sesuai dengan tujuan utama penelitian ini, hasil utama yang ingin dicapai adalah peningkatan kemampuan siswa mengajukan pertanyaan produktif. Oleh karena itu salah satu fokus kegiatan penelitian pada pertemuan 1-3 adalah peningkatan motivasi siswa dan kemampuan guru dalam pemanfaatan pemodelan pertanyaan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan produktif. Hal ini dinilai penting sebab baik guru maupun siswa kelas 4 sudah terbiasa walaupun terkadang dilakukan pembelajaran berbasis inkuiri.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran peneliti berusaha untuk memanfaatkan sumber belajar yang ada di sekitar sekolah, baik itu alat dan bahan yang ada disekitar sekolah (termasuk meja dan kursi yang dimiliki sekolah) maupun sumber belajar yang lainnya.
Sesuai dengan rencana yang telah dikembangkan oleh peneliti, siswa secara bertahap dilataih untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Selama pertemuan ke-1 sampai ke-3, fokus utama adalah mendorong siswa untuk bertanya dan menanamkan pengertian bahwa bertanya merupakan



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian
2. Keadaan Sekolah
Sekolah Dasar Negeri Pancasila berada di jalan Peneropong Bintang Desa Gudang Kahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Sekolah ini memiliki 12 ruang kelas. Kelas I, kelas II, kelas III, dan kelas IV berada di lantai 1, sedangkan kelas V, kelas VI dan kelas calestung berada dilantai 2. Sekolah ini dilengkapi oleh satu ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, ruang mushola, ruang perpustakaan ruang dapur, dan ruang WC yang berada dilantai 1. Sedangkan ruang komputer berada dilantai 2. SDN Pancasila, memiliki halaman yang sangat luas dan bersih, sedangkan fisik sekolah sudah baik serta penataan atau tata letak properti yang berada di luar sangat rapi.
SDN Pancasila Bandung memiliki 28 orang guru kelas, 3 orang penjaga sekolah, 2 orang guru agama islam, 1 orang guru agama kristen, 2 orang guru penjas, 2 orang guru bahasa inggris, 2 orang guru komputer, 1 orang guru kesenian, 2 orang pegawai tata usaha, 1 orang guru pembina pramuka, dan 1 orang kepala sekolah. Rata-rata latar belakang pendidikan guru-gurunya telah berkualifikasi D2, serta ada yang S1, dengan jumlah guru yang cukup banyak sekolah dasar ini memiliki prestasi yang menggembirakan dalam bidang pelajaran maupun dalam bidang ekstrakurikuler.

2. Gambaran Awal Pelajaran IPA Sebelum Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Inkuiri di Kelas IV2
Orientasi pertama peneliti laksanakan di SDN Pancasila Lembang dengan melakukan studi dokumentasi terhadap beberapa perangkat administrasi pembelajaran yang dimiliki, diantaranya buku absensi siswa, program semester, dan rencana pembelajaran buku paket pegangan guru.
Pelajaran IPA sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 kelas 4 semester 2 memiliki 2 (dua) kompetensi dasar (KD) yaitu menjelaskan jenis asal dan pelestarian sumber daya alam, dan mendeskripsikan teknologi pengelolaan sumber daya alam dan pelestariannya.
Pada observasi tahap orientasi ini kondisi awal pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SDN Pancasila Lembang Bandung menunjukkan: 1) Pembelajaran IPA sebelum pembelajaran berbasis inkuiri dan tanpa menggunakan alat peraga, siswa hanya mendapatkan informasi dari guru, 2) Aktivitas siswa di kelas terlihat belum menunjukkan kondisi yang kondusif, sehingga terkesan siswa mengalami kejenuhan, dan 3) Keberanian siswa untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan dan mengeluarkan pendapat masih kurang.
B. Deskripsi hasil penelitian
1. Hasil Temuan Pratindakan
Penelitian yang dilaksanakan di SD Negeri Pancasila ini didahului dengan studi awal. Kegiatan ini merupakan langkah awal yang perlu dilakukan untuk mengetehui pemahaman dan kesiapan siswa dalam melaksanakan pembelajaran pada pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan inkuiri.
Berdasarkan hasil temuan pada pratindakan ini yang berkenaan dengan peran guru dalam pembelajaran IPA masih bekenaan dengan guru sebagai penyampai ilmu pembelajaran dengan cara konvesional masih melekat pada setiap proses pembelajaran yang dilakukan, dalam proses pembelajaran IPA guru umumnya lebih terfokus pada proses pembelajaran seperti ceramah, tanya jawab, pemberian tugas. Proses pembelajaran seperti ini bukan tidak baik akan tetapi kurang mengarah untuk mendorong siswa untuk kreatif dan mengembangkan kemampuan anak serta menumbuhkan motivasi bagi anak untuk mau belajar. Peran siswa secara umum cenderung masih kurang optimal siswa kelihatan bosan dan acuh terhadap kegiatan pembelajaran karena proses pembelajaran yang monoton.
2. Hasil pembelajaran Tindakan I
Pada tahap perencanaan tindakan ini, penelitian melewati beberapa tahapan yaitu: Melakukan pengkajian terhadap kurikulum 2006 (KTSP) khususnya kelas IV untuk mencari Kompetensi Dasar yang akan digunakan sebagai materi dalam penelitian, yang diantaranya adalah:
Menentukan jadwal penelitian, yaitu disesuaikan dengan jadwal pelajaran yang telah ada, dengan tujuan supaya tidak mengganggu proses belajar mengajar yang telah berlangsung. Merumuskan persiapan mengajar yang akan dilaksanakan pada saat pelaksanaan tindakan. Merumuskan dan menetapkan lembar pengamatan, dalam lembar pengamatan tersebut ada beberapa aspek yang akan diteliti (lembar pengamatan terlampir). Merumuskan dan membuat alat penilaian berupa soal-soal untuk tes tertulis LKS dan postest (terlampir). Merumuskan langkah-langkah pengelolaan kelas yang efektif seperti media dan kelengkapan lainnya yang diperlukan dalam penelitian ini. Mendiskusikan (mensosialisasikan) perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan dengan observer, sehingga akan tercipta kelancaran dalam pelaksanaan tindakan ini.
Pelaksanaan tindakan ini disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan penelitian ini menekankan pada pembelajaran berbasis inkuiri untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan produktif yang diupayakan dan dikondisikan berdasarkan tahapan-tahapan yang telah dipersiapkan sebelumnya dalam tahap perencanaan dengan mengiplementasikan rencana tersebut yang telah dirumuskan oleh peneliti.
Penelitian ini disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Selama penelitian ini berlangsung, kegiatan ini terus dipantau oleh guru (observer), untuk mengamati jalannya tindakan yang sedang berlangsung.
Proses pelaksanaan tindakan pertama ini adalah dengan melaksanakan rencana yang telah disiapkan oleh peneliti sebelum penelitian yaitu seperti persiapan pembelajaran. Dalam persiapan pembelajaran pada pertemuan pertama mengenai jenis-jenis sumber daya alam dan hasilnya. Dalam pertemuan pertama ini diharapkan ada beberapa hal yang diamati dan dinilai, diantaranya: aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam proses pembelajaran serta hasil pembelajarannya berupa tes tertulis. Aktivitas siswa yang diobservasi adalah dalam meningkatkan kreativitasnya di dalam kelas seperti kemampuan dalam mengajukan pertanyaan baik secara lisan maupun secara tertulis, memberikan pendapat, atau melakukan kerjasama dengan temannya. Proses pelaksanaan pertemuan pertama akan dideskripsikan sebagai berikut:
Persiapan
• Sehari sebelumnya siswa diberitahu tentang pembelajaran yang akan disampaikan.
• Guru menyiapkan alat peraga berupa gambar-gambar yang berhubungan dengan sumber daya alam
Pelaksanaan
• Siswa berdo’a dipimpin oleh ketua kelas dan memberi salam pada guru. Selanjutnya guru mengabsen siswa untuk mengetahui siswa yang tidak hadir. Dari hasil mengabsen ternyata semua siswa hadir, yang berjumlah 32 orang siswa. Setelah mengabsen siswa dikondisikan kedalam situasi belajar yang kondusif.
• Sebelum melakukan appersepsi guru membagi siswa ke dalam 7 kelompok. 6 kelompok berjumlah 5 orang dan 1 kelompok berjumlah 3 orang.
• Guru melakukan tanya jawab dengan siswa sebagai apersepsi untuk mengaitkan bahan pelajaran yang akan disampaikan dengan pertanyaan sebagai berikut; ”Apakah yang dimaksud dengan sumber daya alam?”dengan serentak siswa menjawab pertanyaan itu”. Selanjutnya guru melanjutkan pertanyaan lagi,”sebutkan contoh jenis-jenis sumber daya alam?” dan dengan serentak siswa menjawab. ”emas, padi, batu bara, tembaga, dan minyak bumi”, dan sebagainya.
Setelah melakukan appersepsi siswa dibawa keluar halaman sekolah untuk mengamati lingkungan yang ada disekitarnya. Tugas dari pengamatan ini siswa disuruh mencatat apa saja yang ada di lingkungan sekitar dengan jangka waktu yang diberikan selama 5 menit. Selesai pengamatan siswa masuk kembali ke kelas guna melanjutkan pelajaran dan kembali guru melanjutkan tanya jawab. ”anak-anak, siapa yang bisa menyebutkan apa saja yang dilihat dan yang dicatat diluar tadi?” dengan serempak siswa menjawab ada mobil, motor, gunung, tumbuhan, batu bata, kaca, dan jalan raya. Selanjutnya guru bertanya lagi, ”apa yang di maksud dengan sumber daya alam yang dapat diperbaharui?” salah seorang siswa menjawab, “sumber daya alam yang dapat bertambah bu,” “bagus”. Sekarang siapa yang bisa sebutkan contoh sumber daya alam yang dapat di perbaharui,” seremapak siswa menjawab, “tumbuhan bu,”. “Nah, siapa yang bisa menjelaskan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui,” saya bu, kata salah seorang siswa, “yaitu sumber daya alam yang tidak bisa di buat lagi”. Kemudian guru bertanya lagi, siapa yang bisa memberikan contoh jenis sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui! Dengan serempak siswa menjawab, “minyak tanah bu”, “Ya, bagus”. Setelah itu guru menyuruh siswa satu persatu maju kedepan untuk mengelompokkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Kemudian guru menyuruh siswa menggolongkan benda-benda menurut asalnya seperti: Uang dari logam, kursi dari kayu, dan daging dari hewan. Dan guru melanjutkan lagi tanya jawab. Anak-anak, siapa yang bisa sebutkan, bagaimana cara kita menjaga pelestarian sumber daya alam?” “serempak siswa menjawab, (1) mencegah penebangan hutan secara liar, (2) mencegah pembakaran hutan, (3) mencegah penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak, (4) mencegah pembuangan limbah pabrik dan, (5) melakukan penghijauan.
• Sebelum pembagian LKS, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan tanya jawab tentang materi pelajaran yang belum dimengerti atau yang belum dipahami. Kemudian guru membagikan LKS tentang mengelompokkan jenis-jenis sumber daya alam. Pada saat siswa bekerja kelompok (mengerjakan LKS) guru berkeliling untuk memberikan masukan dan arahan pada kelompok yang mengalami kesulitan atau yang mengajukan pertanyaan.
• Setelah selesai mengerjakan tugas secara berkelompok, guru menugaskan kepada setiap kelompok untuk melaporkan hasil kerjanya di depan kelas dan membahasnya bersama-sama
• Setelah selesai semua kelompok melaporkan hasil karyanya, guru menyampaikan kembali intisari materi pelajaran kemudian dilanjutkan dengan postest yang bertujuan guru ingin mengetahui keefektifan model pembelajaran.
• Guru menutup pelajaran dan memberikan informasi tentang pembelajaran selanjutnya.
Berdasarkan hasil pengamatan observasi ini dimaksudkan untuk mengetahui keaktifan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran dengan pembelajaran berbasis inkuiri. Pada saat proses belajar mengajar observer dapat menilai langsung aktivitas siswa dan dapat di deskripsikan sebagai berikut:
Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri dalam pembelajaran IPA, dalam persiapan untuk proses pembelajaran ini dapat menunjukkan “baik” walaupun terkadang dilaksanakan oleh guru. Dari aktivitas siswa di dalam kelas ketika guru menerapkan pemodelan pertanyaan pada pembelajaran IPA berbasis inkuiri secara keseluruhan menunjukkan “baik”, hal ini dilihat dari aktivitas siswa yang begitu nampak dalam proses belajar dikarenakan siswa sudah tebiasa dengan model pembelajaran berbasis inkuiri, sehingga keaktifannya dalam mengajukan pertanyaan secara lisan dan tertulis sangat antusias sekali serta menghargai pendapat teman yang lain. Dalam penjelasan langkah-langkah kerja dan memberikan tugas pada kelompok sudah “cukup” walaupun masih ada siswa yang kurang memahami penjelasan guru. Hambatan tetap saja ada yaitu pada saat proses belajar mengajar guru kurang menguasai kelas sehingga pada saat menjelaskan materi pelajaran siswa masih ada yang ribut.
2. Hasil Pembelajaran Tindakan II
Pelaksanaa pertemuan II meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan.
3. Perencanaan Tindakan
Sebelum dilakukan pelaksanaan tindakan kedua, guru dan observer mendiskusikan kekurangan pada pelaksanaan pertemuan I seperti; aktivitas guru, aktivitas siswa, dan memperbaiki persiapan guru. Adapun beberapa revisi terhadap kekurangan-kekurangan yang muncul pada pelaksanaan pertemuan I dan meningkatkannya. Dari hasil pelaksanaan pertemuan I untuk pelaksanaan pertemuan II disepakati beberapa perbaikan dan penyempurnaan antara lain sebagai berikut:
Pertama, menelaah kembali kelanjutan materi yang akan diberikan pada pelaksanaan tindakan kedua.
Kedua, merumuskan kembali rencana pembelajaran dan isntrumen penelitian yang akan disampaikan pada pertemuan kedua.
Ketiga, merumuskan strategi pembelajaran yang lebih baik dan memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang dan peningkatannya pada pertemuan pertama.
Keempat, menyampaikan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan dalam pembelajaran berbasis inkuiri. Tindakan II ini merupakan implementasi dari rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya dengan memperhatikan perbaikan-perbaikan atau revisi dari tindakan I yang telah dilaksanakan. Pada tindakan II ini, materi yang akan diajarkan pada proses pembelajaran adalah tentang teknologi pengelolaan sumber daya alam dan pelesatariannya.
Pada tindakan II ini penggunaan model pembelajaran yang digunakan tetap menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri. Secara umum dapat dideskripsikan sebagai berikut.
Persiapan
 Sehari sebelumnya siswa diberitahukan tentang pembelajaran yang akan disampaikan.
 Guru menyiapkan alat peraga berupa gambar-gambar tentang pengolahan sumber daya alam.
Pelaksanaan
 Siswa berdo’a dipimpin oleh ketua kelasnya, lalau siswa memberi salam kepada guru dan observer. kemudian guru mengabsen siswa yang hadir pada pertemuan ke II, dan satu orang tidak hadir dari 32 siswa.
 Sebelum melakukan apersepsi siswa dikondisikan kedalam situasi yang kondusif.
 Guru membuka pembelajaran dengan mengadakan apersepsi yaitu tanya jawab dengan siswa tentang pelajaran mingggu lalu dengan yang akan disampaikan. “Anak-anak kalian masih ingat pelajaran minggu lalu?” siswa menjawab dengan serempak ingat Bu! Tentang sumber daya alam, baik kalau masih ingat, jadi apa arti sumber daya alam itu? Siswa menjawab secara serempak segala sesuatu yang terdapat dimuka bumi, bagus! Karena kalian sudah tahu, maka hari ini kita akan mempelajari tentang teknologi pengelolaan sumber daya alam dan pelestariannya. Sebelum ibu melanjutkan pelajaran coba kalian amati gambar yang ada didepan kalian, setelah itu guru memberikan pertanyaan. Coba acungkan tangan siapa yang bisa menjawab alat pembangkit apa yang ada di depan kalian? Siswa ribut saya bu......saya bu......ya, coba firman sebutkan! Alat pembangkit tenaga listrik, bagus! Guru apa manfaat listrik bagi kita? Siswa mulai nampak berebutan untuk menjawab saya bu! Ya, Dewi coba jawab! Misalnya listrik dimanfaatkan untuk penerangan rumah dan lingkungan, bagus. Baiklah sekarang kerjakan LAS ini secara individu, siswa mengerjakan LAS kemudian guru berkeliling untuk memberikan masukan dan arahan pada masing-masing siswa.
 Beberapa menit kemudian, tugas dari masing-masing individu pun selesai, lalu guru bersama siswa membahas hasil LAS yang telah dikerjakan.
 Guru bersama siswa menyampaikan kembali intisari dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, dilanjutkan dengan kegiatan postest
 Guru menutup pelajaran dan memberikan informasi tentang pembelajaran selanjutnya.
3. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
Hasil pengamatan pada observasi pertemuan kedua ini digunakan untuk
mengetahui sejauhmana keaktifan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan aktifitas siswa dapat di deskripsikan sebagai berikut:
Pertama, pelaksanaan pembelajaran IPA dengan pemodelan pertanyaan pada pembelajaran berbasis inkuiri dalam persiapan pembelajaran ini dapat menunjukkan nilai “baik”, walaupun tindakan ini seperti pada tindakan pertama dikarenakan persiapan pembelajaran pada pertemuan kedua ini sudah menunjukkan kearah yang lebih baik dengan menyediakan berbagai media dan alat peraga buku sumber LAS untuk membantu kegiatan proses belajar mengajar dan antusias siswa serta motivasi sudah nampak kelihatan dengan adanya kerjasama yang positif dalam mengerjakan LAS.
Kedua, dari aktivitas siswa di dalam kelas ketika guru menerapkan model pembelajaran berbasis inkuiri secara keseluruhan menunjukkan “baik” hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa sudah nampak dalam proses belajar, siswa mulai terbiasa dengan model pembelajara ini. Pada tindakan kedua ini siswa sangat antusias sekali dalam mengajukan pertanyaan walaupun sudah terbiasa dan dapat dikategorikan “cukup”, siswa sudah dapat memberikan pendapatnya, sikap kerjasama siswa semakin bagus dan dapat dikategorikan “baik” hal ini dapat dilihat dari hasil kerjasama yang dilakukan.
Ketiga, guru dalam memberikan penjelasan serta langkah-langkah pembelajaran yang harus dilakukan siswa untuk setiap individu mulai ada perubahan dan dapat dikategorikan “baik” hal ini dapat dilihat bahwa siswa sudah mulai mengerti apa yang disampaikan oleh guru.
Keempat, hambatan tetap saja ada yaitu dalam mengkondisikan waktu dan pengelolaan kelas. Terutama dalam melaksanakan diskusi.
3. Hasil Pembelajaran Tindakan III
Sebelum dilakukan pelaksanaan pertemuan ketiga, guru dan observer mendiskusikan kekurangan pada pertemuan kedua seperti: memperbaiki persiapan guru dan memperbanyak alat peraga dalam proses pembelajaran. Ada beberapa revisi terhadap kekurangan-kekurangan yang muncul pada pertemuan kedua dan meningkatkannya, serta mempertahankan hal-hal yang sudah dianggap baik dalam pertemuan kedua ini. Dari hasil pelaksanaan pertemuan kedua untuk pelaksanaan pertemuan ketiga disepakati beberapa perbaikan dan penyempurnaan antara lain sebagai berikut:
Menelaah kembali tuntutan kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa kelas IV semester II dan menelaah kembali kelanjutan materi yang akan diberikan pada pelaksanaan pertemuan ketiga. Merumuskan kembali rencana pembelajaran dan instrumen penelitian yang akan disampaikan pada pertemuan ketiga serta menata ulang ruangan kelas supaya siswa tidak bosan. Merumuskan strategi pembelajaran yang lebih baik dan memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang dan meningkatkannya pada pertemuan ketiga. Menyiapkan berbagai kelengkapan yang dibutuhkan dalam penggunaan pembelajaran berbasis ikuiri. Tindakan III ini merupakan implementasi dari rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Dengan memperhatikan perbaikan-perbaikan atau revisi dari pertemuan II yang telah dilaksanakan. Pada pertemuan III ini, materi yang akan diajarkan pada proses pembelajaran adalah mengenai dampak pengambilan bahan alam dan upaya pelestarian lingkungan.
Dalam pertemuan III ini penggunaan pemodelan yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran berbasis inkuiri masih menggunakan lisan dan tulisan, namun strategi pembagian kelompoknya dilakukan oleh guru. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas siswa serta mengubah kelompok terdahulu supaya kelompok tersebut tidak bosan dan perubahan kelompok ini dimaksudkan juga untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan yang masih kurang. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan supaya siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan materi yang diajarkan dan menurut pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari.
Persiapan
 Sehari sebelumnya siswa diberitahukan tentang pembelajaran yang akan disampaikan, dan siswa diminta untuk membaca buku Ilmu Pengetahuan Alam dengan indikator dampak pengambilan bahan alam dan upaya pelestariannya.
 Peneliti mempersiapkan rencana pembelajaran dan menyediakan semua alat peraga yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
Pelaksanaan
 Siswa berdo’a dipimpin oleh ketua kelasnya, lalu siswa memberi salam kepada guru. Kemudian guru mengabsen siswa yang hadir pada pertemuan ke III, dan semuanya hadir. Jumlah yang akan diamati pada pertemuan ke III ini berjumlah 32 orang.
 Guru pun memulai pembelajaran dengan mengadakan apersepsi yaitu bertanya jawab dengan siswa tentang pelajaran minggu lalu dan yang akan disampaikan. “Apakah kalian masih ingat pelajaran minggu lalu tentang teknologi pengelolaan sumber daya alam dan pelestariannya?” Siswa menjawab dengan serempak,”Ingat bu!”.Baik kalau kalian masih ingat, jadi apa nama teknologi untuk mengolah sumber daya alam, siswa menjawab” mesin penggiling padi dan PLTA”. “Bagus” guru memberikan penguatan. “ Apa yang terjadi jika manusia menebang pohon sembarangan?“ tanya guru. Kelaspun riuh karena semua siswa berebut ingin menjawab.“ Silahkan Ardi? ”akan terjadi banjir dan tanah longsor”. Kemudian guru bertanya lagi”. “Siapa yang bisa menjelaskan lingkungan bersih dan lingkungan yang tidak bersih?”,“saya bu......saya bu..... ya, coba rafi jelaskan! Lingkungan kotor Yaitu lingkungan yang penuh dengan sampah, sedangkan lingkungan bersih yaitu lingkungan yang tidak ada sampahnya”. “Bagus”.“Guru apa dampaknya jika kita mengambil bahan alam terhadap pelestarian lingkungan?”.“Siswa mulai berebutan untuk menjawab saya bu! Ya, Bella coba jawab! Misalnya terjadinya kekeringan berkepanjangan, bagus.“ Setelah melaksanakan tanya jawab guru menyuruh siswa membentuk kelompok. Dalam pertemuan III ini siswa dibagi menjadi dua kelompok, bangku satu dan dua digabung menjadi kelompok satu. Sedangkan untuk bangku ketiga dan keempat menjadi kelompok dua. Setelah pembagian kelompok siswa disuruh menuliskan pertanyaan, kelompok satu pertanyaan secara lisan dan kelompok dua pertanyaan secara tertulis. Selesai menuliskan pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru melanjutkan dengan postest untuk mengetahui keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
 Guru melakukan pemantauan dengan berjalan keliling sambil menanyakan kepada siswa hal-hal yang belum dimengerti.
 Guru menugaskan kepada salah sorang siswa untuk mengumpulkan tugas yang telah dikerjakan.
 Sebelum menutup pelajaran guru menyampaikan kembali intisari dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian guru menutup pelajaran.
3. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
Hasil pengamatan pada pertemuan III ini sama dengan hasil pengamatan pada pertemuan I dan pertemuan II, yaitu untuk mengetahui sejauhmana keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, serta kerjasama dalam kelompok. Dan untuk lebih jelasnya dibawah ini dapat dideskripsikan hasil pengamatan aktivitas siswa.
Pelaksanaan pembelajaran dengan pemanfaatan pemodelan pertanyaan secara lisan dan tertulis pada pembelajaran IPA berbasis inkuiri, seperti dalam merumuskan tujuan materi pembelajaran, menggunakan alat bantu, menjelaskan materi yang akan diajarkan menunjukkan “baik”. Dari aktivitas siswa di dalam kelas ketika guru menerapkan pemodelan pertanyaan melalui pembelajaran pembelajaran inkuiri secara keseluruhan “baik”. Hal ini dilihat dari aktivitas siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran berbasis inkuiri sehingga siswa sudah berani bertanya, menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru meskipun tidak seluruhnya karena masih ada sebagian siswa yang belum berani atau percaya diri. Sikap kerjasama siswa dalam kelompok dinilai “baik”. Guru dalam memberikan penjelasan serta langkah-langkah pembelajaran yang harus dilakukan siswa untuk setiap kelompok mulai ada perubahan dan dapat dikategorikan “baik”, hal ini dapat dilihat dari siswa yang sudah mulai mengerti apa yang disampikan oleh guru. Hambatan tetap saja ada yaitu dalam menerapkan model pembelajaran ini, karena waktu yang diberikan kepada siswa untuk tanya jawab tidak sesuai dengan waktu yang disediakan. Karena aktivitas siswa dalam mengajukan pertanyaan serta mengemukakan pendapat sangat antusias sekali.
C. Hasil Penelitian
Sesuai dengan tujuan utama penelitian ini, hasil utama yang ingin dicapai adalah peningkatan kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan produktif. Oleh karena itu salah satu fokus kegiatan penelitian pada tindakan 1-3 adalah peningkatan motivasi siswa dan kemampuan guru dalam pemanfaatan pemodelan pertanyaan serta meningkatkan kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan produktif.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran peneliti berusaha untuk memanfaatkan sumber belajar yang ada di sekitar sekolah, baik itu alat dan bahan yang ada disekitar sekolah (termasuk meja dan kursi yang dimiliki sekolah) maupun sumber belajar yang lainnya.
Sesuai dengan rencana yang telah dikembangkan oleh peneliti, siswa secara bertahap dilatih untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Selama pertemuan ke-1 sampai ke-3, fokus utama adalah mendorong siswa untuk bertanya dan menanamkan pengertian bahwa bertanya merupakan sesuatu yang baik dan harus dikembangkan dalam pelajaran IPA. Oleh karena itu sejak dilaksanakannya penelitian, siswa didorong untuk berani mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang ingin ditanyakan. Oleh karna itu dalam kegiatan pembelajaran selalu disediakan waktu bagi siswa untuk bertanya. Karena siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran seperti ini, maka yang dilakukan oleh guru yaitu memberikan dorongan dan arahan. Walaupun pertanyaan yang diajukan siswa dapat dikategorikan kurang bermakna. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa hasil yang ingin dicapai dalam pembelajaran berbasis inkuiri ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa baik secara lisan maupun secara tertulis. Berikut adalah gambaran jumlah dan jenis pertanyaan siswa yang dilakukan di dalam kelas pada saat proses belajar mengajar.


Tabel 4.1
Jumlah dan jenis pertanyaan lisan siswa pada proses pembelajaran berbasis inkuiri
No Topik Pertanyaan Produktif Pertanyaan Non Produktif Total
Jumlah % Jumlah %
1. Jenis-jenis sumber daya alam dan hasilnya 9 50 9 50 18
2. Sumber daya alam dan teknologi 11 57,89 8 42,10 19
3. Dampak pengambilan bahan alam dan pelestariannya 12 92,30 1 7,69 13
Rata-rata 10 66 6 33 16

Dari tabel 4.5 diatas dapat disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:









Diagram 4.1
Jumlah dan jenis pertanyaan lisan siswa pada proses pembelajaran berbasis inkuiri

Sebagaimana terlihat pada Tabel 4.1, dan diagram 4.1 diatas jumlah pertanyaan produktif yang disampaikan oleh siswa melalui pemodelan secara lisan yang terbagi atas tiga topik dan tiga tindakan dimana tindakan 1 dengan topik: jenis-jenis sumber daya alam dan hasilnya. Pertanyan produktif yang diajukan siswa mencapai 50% dari 18 jumlah pertanyaan yang diajukan atau berjumlah 9 pertanyaan. Sedangkan pertanyaan non produktif yang diajukan siswa pada topik pertama ini sama dengan pertanyaan produktif yaitu mencapai 50% dari 18 jumlah pertanyaan yang diajukan atau berjumlah 9 pertanyaan. Sedangkan pada tindakan kedua dengan topik: sumber daya alam dan teknologi. Pertanyaan produktif yang diajukan siswa mengalami peningkatan yaitu mencapai 57,89 atau berjumlah 11 pertanyaan dari 19 pertanyan yang diajukan siswa. Sedangkan pertanyaan non produktif yang diajukan siswa pada topik kedua ini mengalami penurunan yaitu mencapai 42,10% atau berjumlah 8 pertanyaan dari 19 pertanyaan yang diajukan siswa hal ini menunjukan tingkat pemahaman siswa untuk mengajukan pertanyaan mengalami perubahan yang cukup. Sedangkan pada tindakan ketiga dengan topik: dampak pengambilan bahan alam dan pelestariannya. Pertanyaan produktif yang diajukan siswa mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu mencapai 92,30% atau berjumlah 12 pertanyaan dari 13 jumlah pertanyan yang diajukan siswa. Sedangkan pertanyaan non produktif yang diajukan siswa pada topik ketiga ini mengalami penurunan yang paling banyak yaitu mencapai 7,69% atau berjumlah 1 pertanyaan dari 13 jumlah pertanyaan yang diajukan siswa. Hal ini mengidikasikan bahwa siswa menunjukkan tingkat pemahaman yang baik untuk mengajukan pertanyaan produktif atau mengkomunikasikan secara lisan pertanyaan produktif.
Untuk mengukur pemanfaatan pemodelan pertanyan tidak hanya mengukur dari tingkat pertanyaan yang diajukan secara lisan disini kami sebagai peneliti mengukur tingkat pemanfaatan pemodelan pertanyaan produktif dapat mengukur juga dengan pertanyaan yang diajukan secara ter tulis. Untuk mengeta hui tingkat pemanfaatan pemodelan pertanyaan produktif yang diajukan oleh siswa dapat di sajikan dalam tabel 4.6 dibawah ini:
Tabel 4.2
Jumlah dan jenis pertanyaan tertulis siswa pada proses pembelajaran berbasis inkuiri
No Topik Pertanyaan Produktif Pertanyaan Non Produktif Total
Jumlah % Jumlah %
1. Jenis-jenis sumber daya alam dan hasilnya 47 65,27 25 34,72 72
2. Sumber daya alam dan teknologi 67 65,68 35 34,31 102
3. Dampak pengambilan bahan alam dan pelestariannya 70 84,33 13 15,66 83
Rata-rata 185 71,76 24,33 28,23 85,66


Dari tabel 4.6 diatas dapat disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:












Diagram 4.2
Jumlah dan jenis pertanyaan ter tulis siswa pada proses pembelajaran berbasis inkuiri

Sebagaimana terlihat pada Tabel 4.6, dan diagram 4.2 diatas jumlah pertanyaan produktif yang disampaikan oleh siswa melalui pemodelan secara ter tulis yang terbagi atas tiga topik dan tiga tindakan dimana tindakan 1 dengan topik: jenis-jenis sumber daya alam dan hasilnya. Pertanyan produktif yang diajukan siswa mencapai 65,27% dari 72 jumlah pertanyaan yang diajukan atau berjumlah 47 pertanyaan. Sedangkan pertanyaan non produktif yang diajukan siswa pada topik pertama ini sama dengan pertanyaan produktif yaitu mencapai 34,72% dari 72 jumlah pertanyaan yang diajukan atau berjumlah 25 pertanyaan. Sedangkan pada tindakan kedua dengan topik: sumber daya alam dan teknologi. Pertanyaan produktif yang diajukan siswa mengalami peningkatan yaitu mencapai 65,68% atau berjumlah 67 pertanyaan dari 102 pertanyan yang diajukan siswa. Sedangkan pertanyaan non produktif yang diajukan siswa pada topik kedua ini mengalami penurunan dibandingkan dengan persentase pertanyaan pada topik 1 yaitu mencapai 34,31% atau berjumlah 35 pertanyaan dari 102 pertanyaan yang diajukan siswa hal ini menunjukan tingkat pemahaman siswa untuk mengajukan pertanyaan mengalami perubahan yang cukup. Sedangkan pada tindakan ketiga dengan topik: dampak pengambilan bahan alam dan pelestariannya. Pertanyaan produktif yang diajukan siswa mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu mencapai 84,33% atau berjumlah 70 pertanyaan dari 83 jumlah pertanyan yang diajukan siswa. Sedangkan pertanyaan non produktif yang diajukan siswa pada topik ketiga ini mengalami penurunan yang paling banyak yaitu mencapai 15,66% atau berjumlah 13 pertanyaan dari 83 jumlah pertanyaan yang diajukan siswa. Hal ini berarti tingkat pemahaman siswa sudah menunjukan tingkat pemahaman yang baik faktor yang mendukung hampir sama dengan pada porsentase pertanyaan non produktif diatas disini siswa yang tadinya sulit untuk mengajukan pertanyaan secara lisan dapat mengajukan secara tertulis. Pemamfaatan alat peraga media dan pengelolaan kelas yang baik menjadi pendorong siswa untuk mengalami peningkatan pemahaman dalam hal ini untuk mengajukan pertanyaan produktif. Pembelajaran dengan pendekatan berbasis inkuiri juga dapat membantu siswa untuk dapat menemukan sendiri apa yang dipelajari dan menjadikan siswa ter inspirasi dan termitovasi sehingga mendukung proses pembelajaran dan sangat meningkatkan pemahaman siswa dalam mengajukan pertanyaan yang produktif.
Berdasarkan tujuan penelitian ini langkah selanjutnya untuk mengukur tingkat pemanfaatan pemodelan pertanyaan produktif dengan perbandingan porsentase rata-rata pertanyaan produktif dan non produktif kedua indikator yang diajukan oleh siswa yaitu dengan pertanyaan yang diajukan secara lisan dan pertanyaan yang diajukan secara tertulis. Perbandingan porsentase rata-rata pertanyaan produktif dan non produtif dapat disajikan dalam tabel 4.7 dibawah ini.
Tabel 4.3
Perbandingan Porsentase Rata-rata Pertanyaan produktif dan Pertanyaan non Produktif

No Indikator Pertanyan Porsentase Pertanyaan Produktif Porsentase Pertanyaan Non Produktif
1 Lisan 66% 33%
2 Ter Tulis 71,76% 28,23%

Dari tabel 4.7 diatas dapat disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:























Diagram 4.3
Perbandingan Porsentase Rata-rata Pertanyaan produktif dan Pertanyaan non Produktif

Sebagaimana dilihat pada tabel 4.7 dan diagram 4.3 perbandingan porsentase rata-rata pertanyaan produktif dan pertanyaan non produktif menunjukan bahwa pertanyaan produktif yang diajukan siswa secara lisan dalan tiga kali tindakan yaitu mencapai 66% sedangkan pertanyaan produktif yang diajukan siswa secara tertulis mencapai peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan pertanyaan produktif yang diajukan secara lisan yaitu mencapai sebesar 71,76%. Hal ini menunjukan tingkat pemahaman siswa pada umumnya meningkat, faktor pendukung relatif sama dimana pemanfaatan alat peraga dan pendekatan inkuiri dapat menunjukan tingkat pemahaman yang cukup baik bagi siswa. Sedangkan pertanyaan non produktif yang diajukan siswa secara lisan dalam tiga kali tindakan yaitu mencapai 33%. Sedangkan pertanyaan non produktif yang diajukan siswa secara ter tulis mengalami penurunan yang cukup banyak yaitu mencapai 28,23%. Ini menunjukan siswa sudah lebih baik memilah yang mana pertanyaan yang produktif dan yang non produktif.
Dari tabel 4.7 dan diagram 4.3 diatas dapat juga diukur perbandingan porsentase rata-rata pertanyaan produktif dan non produktif yang diajukan secara lisan maupun ter tulis. Porsentase rata-rata pertanyaan produktif yang diajukan secara lisan oleh siswa yaitu mencapai 66%, sedangkan porsentase rata-rata pertanyaan non produktif yang diajukan secara lisan oleh siswa yaitu mencapai 33%. Hal ini menunjukan bahwa pertanyaan produktif lebih dominan yang diajukan oleh siswa. Ini mengindikasikan pembenahan tiap tindakan menunjukan hasil yang positif sekalipun masih ada kekurangan disegala sisi termasuk masih adanya pertanyaan yang diajukan siswa yang non produktif. Sedangkan perbandingan porsentase rata-rata pertanyaan produktif dan non produktif yang diajukan secara tulis oleh siswa menunjukan hasil yang lebih baik dibandingkan pertanyaan secara lisan dimana porsentase pertanyaan produktif yang diajukan secara ter tulis mencapai 71,76%. Sedangkan porsentase pertanyaan non produktif yang diajukan siswa secara tertulis hanya mencapai 28,23%.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan perolehan hasil dan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri dalam pembelajaran IPA di kelas IV SDN Pancasila Kecematan Lembang Kabupaten Bandung Barat, maka dengan ini dikemukakan hasil temuan dan pembahasan, yaitu sebagai berikut:

1. Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Bahwa hasil pembelajaran dengan mnggunakan pembelajaran berbasis inkuiri telah dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar, hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa yang diteliti, seperti perhatian siswa, mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, memecahkan masalah, menghargai pendapat teman, kerjasama siswa, dan kreativitas siswa di dalam kelas menunjukkan peningkatan di tiap pertemuan. Dalam pengamatan terhadap aktivitas siswa yang dilakukan oleh guru dan observer menunjukkan adanya pertumbuhan dan perkembangan ke arah yang positif.
Dalam proses pembelajaran berbasis inkuiri yang telah dilaksanakan telah menunjukkan aktivitas siswa yang cukup berarti, karena dengan menggunakan pmbelajaran ini sikap siswa terhadap belajar dapat menumbuhkan minat siswa dalam mengetahui materi yang diberikan oleh guru, dan juga perhatian siswa dengan kadar yang dimulai dari tahap rendah secara perlahan meningkat ke arah tahap sedang.
Dengan pembelajaran perbasis inkuiri yang dilaksanakan, walaupun sudah namapk hasil yang optimal dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa yang digunakan oleh guru yaitu pendekatan yang konvesional, namun perkembangan siswa dalam belajar menunjukkan peningkatan. Adanya beberapa kelebihan yang diambil dalam pemelajaran yang berbasis inkuiri dalam usaha meningkatkan aktivitas belajar siswa, diantaranya:
1. Dalam segi kelompok, siswa dapat belajar mengetahui sikap temannya dan dapat berkomunikasi dengan teman yang lainnya diluar kelompok.
2. Siswa terbiasa mengemukakan pendapat karena diberi kepercayaan dan kebebasan oleh guru.
3. Siswa yang tidak terbiasa berkomunikasi atau pendiam, secara bertahap dapat menyesuaikan diri dengan temanya.
4. Siswa tidak hanya mengetahui pada buku pelajaran saja (teks book) karena siswa dituntut untuk mencari materi dan sumber lain selain buku pelaran.
Dengan hal-hal diatas, maka aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri ada perkembangan bahkan dikategorikan siswa aktif dalam proses pembelajaran dengan pembelajaran berbasis inkuiri. Dengan demikian pendekatan pembelajaran berbasis inkuiri dapat menigkatkan aktivitas siswa dalam belajar
2. Hambatan-hambatan yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran yang berbasis inkuiri
Dalam pelasanaan suatu program tidak selamanya selalu mulus untuk dilaksanakan, karena adanya keterbatasan dan hambatan yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya. Ada beberapa hanbatan yang ditemui dalam pelaksanaan berbasis inkuiri yaitu diantarantya :
1. Keterbatasan guru dalam pengetahuan mengenai pembelajaran berbasis inkuiri sehingga dapat mengahmbat kelancaran pelaksanaan, sehingga guru dituntut untuk berkreasi dalam penggunaan pendekatan ini;
2. Memerlukan perencanaan yang matang sebelum pelaksanaan pembelajaran ini, yaitu dengan mengkaji program pengajaran, pokok bahasan serta materi yang sesuai untuk diberikan kepada siswa, yang dituangkan kedalam bentuk perencanaan pembelajaran.
3. Siswa belum terbiasa dalam penggunaan pendekatan berbasis inkuiri sehingga memerlukan sosialisasi yang lama dalam penerapannya pada siswa.
4. Sulitnya mempersatukan siswa, antara siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi dengan siswa yang tingkat kemampuannya rendah, hal ini diperlihatkan sulitnya beradaptasi dengan teman lainnya.
5. Memerlukan ruangan yang besar serta sangat sulit jika jumlah siswa yang banyak sehingga memerlukan waktu yang lama untuk mempresentasikan tugas kelompok, yang pada akhirnya karena keterbatasan waktu hanya beberapa kelompok yang dapat tampil.
3. Kontribusi penggunaan pendekatan pembelajaran berbasis inkuiri terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan pada pembelajaran IPA di kelas IV
Pada pembelajaran yang menggunakan pendekatan berbasis inkuiri, peningkatan kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan dapat terlihat dari tiap tindakan, walaupun tidak begitu cepat dalam peningatannya. Dalam setiap tindakan peningkatan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan cukup meningkat yang dilakukan oleh siswa, karena keberhasilan siswa dalam belajar terlihat. Peningkatan kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan dalam setiap tindakan pada proses pembelajaran dapat terlihat karena siswa dalam pendekatan pembelajaran berbasis inkuiri dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Jadi siswa dapat aktif dalam belajar dan dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengajukan pertanyaan melalui pemanfaatan pemodelan baik secara lisan maupun secara tertulis yang dilakukan oleh guru.
4. Kemampuan siswa mengajukan pertanyaan melalui pemanfaatan pemodelan pertanyaan oleh guru dengan pendekatan pembelajaran berbasis inkuiri.

Berdasarkan data hasil penelitian dapat kita ketahui tingkat pemahaman siswa sudah menunjukan tingkat pemahaman yang cukup baik hal itu dapat kita lihat dari jumlah dan jenis pertanyaan tertulis siswa pada proses pembelajaran berbasis inkuiri disitu dapat kita mengetahui bahwa tingkat pemahaman siswa untuk mengajukan pertanyaan produktif sudah menunjukkan kearah yang lebih baik dimana tingkat pertanyaan produktif yang diajukan siswa secara lisan mencapai 66% dan dapat kita bandingkan dengan pertanyaan non produktif yang diajukan siswa secara lisan hanya mencapai 33%. Begitu pula dengan pertanyaan yang diajukan oleh siswa secara tertulis dimana pertanyaan produktif yang diajukan siswa secara tertulis mencapai 71,76% sementara pertanyaan non produktif yang diajukan siswa secara ter tulis mencapai 28,23%. Hasil ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama penelitian dilakukan membawa dampak positif terhadap peningkatan sikap serta kemampuan siswa dalam bertanya. Berdasarkan pembahasan diatas juga memperlihatkan bahwa pembelajaran IPA yang telah dilakukan dinilai positif oleh siswa dan membuat lebih menyenangi dan bersemangat untuk mempelajari IPA hal ini berkaitan dengan jenis pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi langsung dengan obyek yang dipelajari serta manfaat pembelajaran IPA. Meskipun diakhir tindakan dilakukan sebuah perbaikan baik itu dalam hal proses pembelajaran pengelolaan kelas maupun cara membagi waktu dalam berdiskusi maupun dalam kegiatan lainnya. Peneliti masih belum puas dengan kemampuan bertanya siswa, namun siswa sendiri sesungguhnya telah merasakan perubahan keberanian dan kemampuan bertanya. Antusias siswa menunjukan bahwa pembelajaran IPA yang telah dilakukan telah mendorong mereka untuk bertanya sehingga kini mereka lebih berani mengajukan pertanyaan. Selain itu mereka menyadari bahwa pertanyaan yang mereka ajukan lebih bermakna. Hambatan yang dihadapi dalam proses pembelajaran yaitu dalam penggunaan waktu sulit sekali mempergunakan waktu dengan maksimal dimana siswa dalam proses pembelajaran masih belum terbiasa dengan model pembelajaran yang berbasis inkuiri dan masih ada sebagian kecil siswa masih belum memahami sepenuhnya apa itu pertanyaan produktif dalam hal ini masih adanya pertanyaan yang diajukan siswa yaitu pertanyaan non produktif.
BAB. IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Keadaan Sekolah
Sekolah Dasar Negeri Pancasila berada di jalan Peneropong Bintang Desa Gudang Kahuripan Kec. Lembang Kab. Bandung Barat. Sekolah ini memiliki 11 ruang kelas. Kelas I, kelas II, kelas III, dan kelas IV berada di lantai 1, sedangkan kelas V, kelas VI dan kelas calestung berada dilantai 2. Sekolah ini dilengkapi oleh satu ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, ruang mushola, ruang dapur, ruang WC dan ruang komputer yang berada dilantai dua. SDN Pancasila, memiliki halaman yang sangat luas dan bersih, sedangkan fisik sekolah sudah baik serta penataan atau tata letak properti yang berada di luar sangat rapi.
2. Profil Tenaga Pengajar
SDN Pancasila Bandung memiliki 28 orang guru kelas, dan 3 orang penjaga sekolah, dua orang guru agama islam, seorang guru agama kristen, dua orang guru penjas, dua orang guru bahasa inggris, dua orang guru komputer, seorang guru kesenian, dua orang pegawai tata usaha, satu orang guru pembina pramuka, serta seorang kepala sekolah. Rata-rata latar belakang pendidikan guru-gurunya telah berkualifikasi D2, serta sudah ada yang S1, dengan jumlah guru yang cukup banyak sekolah dasar ini memiliki prestasi yang menggembirakan dalam bidang pelajaran maupun dalam bidang ekstrakurikulernya. Di bawah ini adalah data guru SDN Pancasila Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

Tabel 4.1
Daftar Guru SDN Pancasila
Kecamatan Lembang Bandung

No. Nama NIP/Golongan Pendidikan Jabatan Ket
1. Akhmad Sopandi, S.Pd 130546151/IVB S1/2000 Kepala Sekolah
2. Min Rukmini, S.Pd 130643078/IVA S1/2004 Guru
3. Sri Suningrat 130642651/IVA D2/2002 Guru
4. Drs. Rensus Silalahi 131361211/IVA S1/1990 Guru
5. Tience Suhartini, S.Pd 131723843/IVA S1/2004 Guru
6. Neneng Rukmini 130952883/IVA D2/1995 Guru
7. Siti Mulyani, S.Pd 131017054/IVA S1/2004 Guru
8. Hj. Sri Nurhayati, S.Pd 131164907/IVA S1/1995 Guru
9. Pipih Sopiah 131165068/IVA D2/1999 Guru
10. Ucu Sutiasih, S.Pd 131543077/IIID S1/2005 Guru
11. Sukawati, S.Pd 131807017/IIID S1/2005 Guru
12. E Rina Herlina 131867676/IIID D2/1995 Guru
13. Wahyu Nursamsu, S.Pd 132026661/IIIC S1/2005 Guru
14. Ela Komala 132111629/IIIB D2/1993 Guru
15. Endang Sri Wahyuni, S.Pd 132150115/IIIB S1/2005 Guru
16. Ade Suhendar, S.PdI 131079758/IVA S1/2005 Guru Agama
17. Iis Aisah, S.PdI 131365167/IIID S1/2005 Guru Agama
18. Asep Sutisna 131724429/IIIC D2/2001 Guru Penjas
19. Dadang Juhana, S.Pd 131441327/IIID S1/1996 Guru Penjas
20. Hendra Maman Sobari 132077481/IIIA D2/1993 Guru
21. Yani Suryani 480194495/IIB D2/2001 Guru
22. D e d i 131024244/IIA SD/1977 Penjaga
23. Tuti Puspita - D2/2001 Guru Sukwan
24. Melinda Elmitia Putri - D2/2007 Guru Sukwan
25. S a r i n a - S1/2004 Guru Agama Kristen Sukwan
26. Yana. N, S.Pd - S1/2001 Guru Bhs Inggris Sukwan
27. Ine Parlina Rahmat - S1/2005 Guru Bhs Inggris Sukwan
28. Yudiana Saputra, S.Pd - S1/2001 Guru Komputer Sukwan
29. Dian Hadian, S.Pd - S1/2004 Guru Komputer Sukwan
30. Indra Budi Aji - S1/2003 Guru Kesenian Sukwan
31. Laharja Ridwan Mustofa - SMU/2000 Pramuka/
Tata usaha Sukwan
32. Moh. Salimi - D2/2008 Tata Usaha Sukwan
33. S u j u d - D2/2005 Pembina Pramuka Sukwan
34. Saprudin - SMP/1990 Penjaga Sukwan
35. Dede Suryatna - SD/1979 Penjaga Sukwan


3. Gambaran Awal Pelajaran IPA Sebelum Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Inkuiri di Kelas IV2
Orientasi pertama peneliti laksanakan di SDN Pancasila Lembang dengan melakukan studi dokumentasi terhadap beberapa perangkat administrasi pembelajaran yang dimiliki, diantaranya buku absensi siswa, program semester, dan rencana pembelajaran buku paket pegangan guru.
Pelajaran IPA sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 kelas 4 semester 2 memiliki 2 (dua) kompetensi dasar (KD) yaitu menjelaskan jenis asal dan pelestarian sumber daya alam, dan mendeskripsikan teknologi pengelolaan sumber daya alam dan pelestariannya.
Pada observasi tahap orientasi ini kondisi awal pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SDN Pancasila Lembang Bandung menunjukkan: 1) Pembelajaran IPA tanpa pembelajaran berbasis inkuiri dan tanpa menggunakan alat peraga, siswa hanya mendapatkan informasi dari guru, 2) Aktivitas siswa di kelas terlihat belum menunjukkan kondisi yang kondusif, sehingga terkesan siswa mengalami kejenuhan, dan 3) Keberanian siswa untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan dan mengeluarkan pendapat masih kurang.
B. Perencanaa dan Pelaksanaan Pertemuan I
3. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan ini, penelitian melewati beberapa tahapan yaitu:
Pertama, melakukan pengkajian terhadap kurikulum 2006 (KTSP) khususnya kelas IV untuk mencari Kompetensi Dasar yang akan digunakan sebagai materi dalam penelitian.
Kedua, menentukan jadwal penelitian, yaitu disesuaikan dengan jadwal pelajaran yang telah ada, dengan tujuan supaya tidak mengganggu proses belajar mengajar yang telah berlangsung.
Ketiga, merumuskan persiapan mengajar yang akan dilaksanakan pada saat pelaksanaan tindakan.
Keempat, merumuskan dan menetapkan lembar pengamatan, dalam lembar pengamatan tersebut ada beberapa aspek yang akan diteliti (lembar pengamatan terlampir).
Kelima, merumuskan dan membuat alat penilaian berupa soal-soal untuk tes tertulis LKS dan postest (terlampir)
Keenam, merumuskan langkah-langkah pengelolaan kelas yang efektif seperti media dan kelengkapan lainnya yang diperlukan dalam penelitian ini.
Ketujuh, mendiskusikan (mensosialisasikan) perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan dengan observer, sehingga akan tercipta kelancaran dalam pelaksanaan tindakan ini.
4. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan ini disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan penelitian ini menekankan pada pembelajaran berbasis inkuiri untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan produktif yang diupayakan dan dikondisikan berdasarkan tahapan-tahapan yang telah dipersiapkan sebelumnya dalam tahap perencanaan dengan mengiplementasikan rencana tersebut yang telah dirumuskan oleh peneliti.
Penelitian ini disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Selama penelitian ini berlangsung, kegiatan ini terus dipantau oleh guru (observer), untuk mengamati jalannya tindakan yang sedang berlangsung.
Dibawah ini adalah proses pelaksanaan tindakan yang terbagi dalam tiga pertemuan. Untuk lebih jelasnya disesuaikan dengan lampiran persiapan mengajar pada pertemuan pertama dibawah ini:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN PERTAMA

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Pokok Bahasan : Jenis-jenis Sumber Daya Alam dan
Hasilnya
Sekolah : SDN Pancasila
Kelas/semester : IV. 2/II
Hari/tanggal : Rabu, 12 Maret, 2008
Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)
G. Standar Kompetensi : Memahami Sumber Daya Alam dan masyarakat
H. Kompetensi Dasar : Menjelaskan jenis asal dan pelestarian Sumber
Daya Alam
I. Indikator : 1.1 Memberi contoh berbagai jenis Sumber Daya
Alam dan hasilnya
1.2 Menggolongkan benda menurut asalnya,
misalnya daging dari hewan, logam dari mineral, meja dan
kursi dari kayu
J. Strategi Pembelajaran
Tahap Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu
Persiapan • Guru mempersiapkan segala sesuatu yang akan mendukung proses pembelajaran, seperti: mengatur ruangan, menyiapkan alat/media pembelajaran yang akan digunakan, dan sebagainya
• Membagi kelompok 5'
Pembukaan • Siswa dikondisikan kedalam situasi belajar yang kondusif
• Sebagai langkah awal guru melakukan apersepsi tentang sumber daya alam 5'
Inti • Dengan bimbingan guru siswa mengamati lingkungan yang ada disekelilingnya, kemudian mengadakan tanya jawab tentang sumber daya alam
• Siswa menjelaskan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
• Siswa mengelompokkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
• Siswa menggolongkan benda menurut asalnya, misalnya daging dari hewan, logam dari mineral, meja atau kursi dari kayu
• Siswa menyebutkan jenis-jenis sumber daya alam dan hasilnya
• Siswa mengelompokkan jenis sumber daya alam dan hasilnya
• Siswa menyebutkan usaha-usaha atau cara pelestarian sumber daya alam
• Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan tanya jawab baik secara lisan maupun secara tertulis tentang jenis-jenis sumber daya alam dan hasilnya
• Secara berkelompok siswa mengerjakan LKS yang telah dibagikan guru
• Siswa bersama-sama dengan guru membahas LKS yang telah dikerjakan siswa 5'


20'















10'




10'



Penutup • Guru menyampaikan kembali intisari dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
• Mengadakan pos test

10'

K. Pendekatan/Metode Pembelajaran : Pendekatan inkuiri. Pengamatan,
Ceramah, dan Tanya Jawab
L. Alat dan Media Pembelajaran
• Gambar-gambar yang berhubungan dengan sumber daya alam
• Lingkungan sekolah
• Pengalaman siswa
G. Penilaian Pembelajaran
• Prosedur tes : Pretest dan postest
• Jenis tes : Tulisan
• Bentuk tes : Pilihan Ganda
H. Sumber Rujukan
• Pandai Belajar Sains Kelas 4 dan Kelas 5 SD
Oleh: Ade Yeti Nuryantini, S.Pd. M. Pd
CV. REGINA. Anggota IKAPI - JABAR
• Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kelas IV SD
Proses pelaksanaan tindakan pertama ini adalah dengan melaksanakan rencana yang telah disiapkan oleh peneliti sebelum penelitian yaitu seperti persiapan pembelajaran. Dalam persiapan pembelajaran pada pertemuan pertama mengenai jenis-jenis sumber daya alam dan hasilnya. Dalam pertemuan pertama ini diharapkan ada beberapa hal yang diamati dan dinilai, diantaranya: aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam proses pembelajaran serta hasil pembelajarannya berupa tes tertulis. Aktivitas siswa yang diobservasi adalah dalam meningkatkan kreativitasnya di dalam kelas seperti kemampuan dalam mengajukan pertanyaan baik secara lisan maupun secara tertulis, memberikan pendapat, atau melakukan kerjasama dengan temannya. Proses pelaksanaan pertemuan pertama akan dideskripsikan sebagai berikut:
Persiapan
 Sehari sebelumnya siswa diberitahu tentang pembelajaran yang akan disampaikan.
 Guru menyiapkan alat peraga berupa gambar-gambar yang berhubungan dengan sumber daya alam
Pelaksanaan
 Siswa berdo’a dipimpin oleh ketua kelas dan memberi salam pada guru. Selanjutnya guru mengabsen siswa untuk mengetahui siswa yang tidak hadir. Dari hasil mengabsen ternyata semua siswa hadir, yang berjumlah 32 orang siswa. Setelah mengabsen siswa dikondisikan kedalam situasi belajar yang kondusif.
 Sebelum melakukan appersepsi guru membagi siswa ke dalam 7 kelompok. 6 kelompok berjumlah 5 orang dan 1 kelompok berjumlah 3 orang.
 Guru melakukan tanya jawab dengan siswa sebagai apersepsi untuk mengaitkan bahan pelajaran yang akan disampaikan dengan pertanyaan sebagai berikut; ”Apakah yang dimaksud dengan sumber daya alam?”dengan serentak siswa menjawab pertanyaan itu”. Selanjutnya guru melanjutkan pertanyaan lagi,”sebutkan contoh jenis-jenis sumber daya alam?” dan dengan serentak siswa menjawab. ”emas, padi, batu bara, tembaga, dan minyak bumi”, dan sebagainya.
Setelah melakukan appersepsi siswa dibawa keluar halaman sekolah untuk mengamati lingkungan yang ada disekitarnya. Tugas dari pengamatan ini siswa disuruh mencatat apa saja yang ada di lingkungan sekitar dengan jangka waktu yang diberikan selama 5 menit. Selesai pengamatan siswa masuk kembali ke kelas guna melanjutkan pelajaran dan kembali guru melanjutkan tanya jawab. ”anak-anak, siapa yang bisa menyebutkan apa saja yang dilihat dan yang dicatat diluar tadi?” dengan serempak siswa menjawab ada mobil, motor, gunung, tumbuhan, batu bata, kaca, dan jalan raya. Selanjutnya guru bertanya lagi, ”apa yang di maksud dengan sumber daya alam yang dapat diperbaharui?” salah seorang siswa menjawab, “sumber daya alam yang dapat bertambah bu,” “bagus”. Sekarang siapa yang bisa sebutkan contoh sumber daya alam yang dapat di perbaharui,” seremapak siswa menjawab, “tumbuhan bu,”. “Nah, siapa yang bisa menjelaskan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui,” saya bu, kata salah seorang siswa, “yaitu sumber daya alam yang tidak bisa di buat lagi”. Kemudian guru bertanya lagi, siapa yang bisa memberikan contoh jenis sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui! Dengan serempak siswa menjawab, “minyak tanah bu”, “Ya, bagus”. Setelah itu guru menyuruh siswa satu persatu maju kedepan untuk mengelompokkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Kemudian guru menyuruh siswa menggolongkan benda-benda menurut asalnya seperti: Uang dari logam, kursi dari kayu, dan daging dari hewan. Dan guru melanjutkan lagi tanya jawab. Anak-anak, siapa yang bisa sebutkan, bagaimana cara kita menjaga pelestarian sumber daya alam?” “serempak siswa menjawab, (1) mencegah penebangan hutan secara liar, (2) mencegah pembakaran hutan, (3) mencegah penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak, (4) mencegah pembuangan limbah pabrik dan, (5) melakukan penghijauan.
 Sebelum pembagian LKS, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan tanya jawab tentang materi pelajaran yang belum dimengerti atau yang belum dipahami. Kemudian guru membagikan LKS tentang mengelompokkan jenis-jenis sumber daya alam. Pada saat siswa bekerja kelompok (mengerjakan LKS) guru berkeliling untuk memberikan masukan dan arahan pada kelompok yang mengalami kesulitan atau yang mengajukan pertanyaan.
 Setelah selesai mengerjakan tugas secara berkelompok, guru menugaskan kepada setiap kelompok untuk melaporkan hasil kerjanya di depan kelas dan membahasnya bersama-sama
 Setelah selesai semua kelompok melaporkan hasil karyanya, guru menyampaikan kembali intisari materi pelajaran kemudian dilanjutkan dengan postest yang bertujuan guru ingin mengetahui keefektifan model pembelajaran.
 Guru menutup pelajaran dan memberikan informasi tentang pembelajaran selanjutnya.
3. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
Hasil pengamatan observasi ini dimaksudkan untuk mengetahui keaktifan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran dengan pembelajaran berbasis inkuiri. Pada saat proses belajar mengajar observer dapat menilai langsung aktivitas siswa sesuai dengan ciri deskriptor sebagai berikut:
Tabel 4.2
Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Peretemuan I
No. Aspek yang diamati Kualifikasi
A B C D
1. Siswa menunjukkan antusias mengikuti pelajaran √
2. Mengajukan pertanyaan kepada guru √
3. Menjawab pertanyaan dari guru √
4. Kemampuan mengemukakan pendapat √
5. Kerjasama antar siswa dalam kelompok √
6. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru √
7. Aktivitas siswa dalam diskusi √
8. Upaya siswa untuk menghargai waktu yang tersedia √
9. Aktivitas siswa dapat memecahkan masalah √
10. Menghargai pendapat orang lain √

Berdasarkan data di atas, dari tindakan pertama dideskripsikan sebagai berikut:
Pertama, pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri dalam pembelajaran IPA, dalam persiapan untuk proses pembelajaran ini dapat menunjukkan “baik” walaupun terkadang dilaksanakan oleh guru.
Kedua, dari aktivitas siswa di dalam kelas ketika guru menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri secara keseluruhan menunjukkan “baik”, hal ini dilihat dari aktivitas siswa yang begitu nampak dalam proses belajar dikarenakan siswa sudah tebiasa dengan model pembelajaran berbasis inkuiri, sehingga keaktifannya dalam mengajukan pertanyaan secara lisan dan tertulis sangat antusias sekali serta menghargai pendapat teman yang lain.
Ketiga, dalam penjelasan langkah-langkah kerja dan memberikan tugas pada kelompok sudah “cukup” walaupun masih ada siswa yang kurang memahami penjelasan guru.
C. Perencanaan dan Pelaksanaan Pertemuan II
Pelaksanaa pertemuan II meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan.
4. Perencanaan Tindakan
Sebelum dilakukan pelaksanaan tindakan kedua, guru dan observer mendiskusikan kekurangan pada pelaksanaan pertemuan I seperti; aktivitas guru, aktivitas siswa, dan memperbaiki persiapan guru. Adapun beberapa revisi terhadap kekurangan-kekurangan yang muncul pada pelaksanaan pertemuan I dan meningkatkannya. Dari hasil pelaksanaan pertemuan I untuk pelaksanaan pertemuan II disepakati beberapa perbaikan dan penyempurnaan antara lain sebagai berikut:
Pertama, menelaah kembali kelanjutan materi yang akan diberikan pada pelaksanaan tindakan kedua.
Kedua, merumuskan kembali rencana pembelajaran dan isntrumen penelitian yang akan disampaikan pada pertemuan kedua.
Ketiga, merumuskan strategi pembelajaran yang lebih baik dan memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang dan peningkatannya pada pertemuan pertama.
Keempat, menyampaikan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan dalam pembelajaran berbasis inkuiri. Untuk lebih jelas dalam penelitian in, peneliti lampirkan persiapan mengajar pada pertemuan II sebagai berikut:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN KEDUA


Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Pokok Bahasan : Sumber Daya Alam dan Teknologi
Sekolah : SDN Pancasila
Kelas/semester : IV. 2/II
Hari/tanggal : Selasa, 18 Maret, 2008
Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)

D. Standar Kompetensi : Memahami Sumber Daya Alam dan masyarakat
E. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan teknologi pengelolaan Sumber
Daya Alam dan pelesatariannya
C. Indikator : 2.1 Mengidentifikasi Sumber Daya Alam
dengan teknologi yang di gunakan
2.2 Menjelaskan hubungan antara Sumber Daya
Alam dan teknologi
D. Strategi Pembelajaran
Tahap Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu
Persiapan • Guru mempersiapkan segala sesuatu yang akan mendukung proses pembelajaran, seperti: mengatur ruangan, menyiapkan alat/media pembelajaran yang akan digunakan, dan sebagainya 5'
Pembukaan • Siswa dikondisikan kedalam situasi belajar yang kondusif
• Sebagai langkah awal guru melakukan appersepsi tentang sumber daya alam dan teknologi yang digunakan 5'
Inti • Siswa mengidentifikasi kembali jenis-jenis Sumber Daya Alam
• Guru menjelaskan hubungan antara Sumber Daya Alam dengan teknologi yang digunakan
• Siswa mengidentifikasi Sumber Daya Alam dengan teknologi yang digunakan
• Siswa menjelaskan cara pelestarian Sumber Daya Alam dengan teknologi yang digunakan
• Siswa mendeskripsikan cara atau usaha pelestarian sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan
• Siswa menyebutkan manfaat Sumber Daya Alam dan teknologi yang digunakan
• Siswa melakukan tanya jawab tentang Sumber Daya Alam baik secara lisan maupun secara tertulis
• Secara individu siswa mengerjakan LAS yang telah dibagikan guru
• Siswa bersama-sama dengan guru membahas LAS yang telah dikerjakan siswa 10'




10'










10'


20'


Penutup • Guru menyampaikan kembali intisari dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
• Mengadakan pos test


10'


E. Pendekatan/Metode Pembelajaran : Pendekatan inkuiri. Ceramah,
Tanya Jawab
F. Alat dan Media Pembelajaran
• Gambar-gambar yang berhubungan dengan sumber daya alam
• Pengalaman siswa
G. Penilaian Pembelajaran
• Prosedur tes : LAS dan Pos test
• Jenis tes : Tulisan
• Bentuk tes : Uraian
H. Sumber Rujukan
• Pandai Belajar Sains Kelas 4 dan Kelas 5 SD
Oleh: Ade Yeti Nuryantini, S.Pd. M. Pd
CV. REGINA. Anggota IKAPI - JABAR
• Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kelas IV SD
5. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan II ini merupakan implementasi dari rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya dengan memperhatikan perbaikan-perbaikan atau revisi dari tindakan I yang telah dilaksanakan. Pada tindakan II ini, materi yang akan diajarkan pada proses pembelajaran adalah tentang teknologi pengelolaan Sumber Daya Alam dan pelesatariannya.
Pada tindakan II ini penggunaan model pembelajaran yang digunakan tetap menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri. Secaraumum dapat dideskripsikan sebagai berikut.
Persiapan
 Sehari sebelumnya siswa diberitahukan tentang pembelajaran yang akan disampaikan.
 Guru menyiapkan alat peraga berupa gambar-gambar tentang pengolahan sumber daya alam.
Pelaksanaan
 Siswa berdo’a dipimpin oleh ketua kelasnya, lalau siswa memberi salam kepada guru dan observer. kemudian guru mengabsen siswa yang hadir pada pertemuan ke II, dan satu orang tidak hadir dari 32 siswa.
 Sebelum melakukan apersepsi siswa dikondisikan kedalam situasi yang kondusif.
 Guru membuka pembelajaran dengan mengadakan apersepsi yaitu tanya jawab dengan siswa tentang pelajaran mingggu lalu dengan yang akan disampaikan. “Anak-anak kalian masih ingat pelajaran minggu lalu?” siswa menjawab dengan serempak ingat Bu! Tentang sumber daya alam, baik kalau masih ingat, jadi apa arti sumber daya alam itu? Siswa menjawab secara serempak segala sesuatu yang terdapat dimuka bumi, bagus! Karena kalian sudah tahu, maka hari ini kita akan mempelajari tentang teknologi pengelolaan Sumber daya alam dan pelestariannya. Sebelum ibu melanjutkan pelajaran coba kalian amati gambar yang ada didepan kalian, setelah itu guru memberikan pertanyaan. Coba acungkan tangan siapa yang bisa menjawab alat pembangkit apa yang ada didepan kalian? Siswa ribut saya bu......saya bu......ya, coba firman sebutkan! Alat pembangkit tenaga listrik, bagus! Guru apa manfaat listrik bagi kita? Siswa mulai nampak berebutan untuk menjawab saya bu! Ya, Dewi coba jawab! Misalnya listrik dimanfaatkan untuk penerangan rumah dan lingkungan, bagus. Baiklah sekarang kerjakan LAS ini secara individu, siswa mengerjakan LAS kemudian guru berkeliling untuk memberikan masukan dan arahan pada masing-masing siswa.
 Beberapa menit kemudian, tugas dari masing-masing individu pun selesai, lalu guru bersama siswa membahas hasil LAS yang telah dikerjakan.
 Guru bersama siswa menyampaikan kembali intisari dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, dilanjutkan dengan kegiatan postest
 Guru menutup pelajaran dan memberikan informasi tentang pembelajaran selanjutnya.
3. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
Hasil pengamatan pada observasi pertemuan kedua ini digunakan untuk mengetahui sejauhmana keaktifan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Untuk mengetahui aktivitas tersebut dapat dilhat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2
Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Peretemuan I
No. Aspek yang diamati Kualifikasi
A B C D
1. Siswa menunjukkan antusias mengikuti pelajaran √
2. Mengajukan pertanyaan kepada guru √
3. Menjawab pertanyaan dari guru √
4. Kemampuan mengemukakan pendapat √
5. Kerjasama antar siswa dalam kelompok √
6. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru √
7. Aktivitas siswa dalam diskusi √
8. Upaya siswa untuk menghargai waktu yang tersedia √
9. Aktivitas siswa dapat memecahkan masalah √
10. Menghargai pendapat orang lain √

Berdasarkan data di atas, dan tindakan kedua dideskripsikan sebagai berikut:
Pertama, pelaksanaan pembelajaran IPA dengan pembelajaran berbasis inkuiri dalam persiapan pembelajaran ini dapat menunjukkan nilai “baik”, walaupun tindakan ini seperti pada tindakan pertama dikarenakan persiapan pembelajaran pada pertemuan kedua ini sudah menunjukkan kearah yang lebih baik dengan menyediakan berbagai media dan alat peraga buku sumber LAS untuk membantu kegiatan proses belajar mengajar dan antusias siswa serta motivasi sudah mulai nampak kelihatan dengan adanya kerjasama yang positif dalam mengerjakan LAS.
Kedua, dari aktivitas siswa di dalam kelas ketika guru menerapkan model pembelajaran berbasis inkuiri secara keseluruhan menunjukkan “baik” hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa sudah nampak dalam proses belajar, siswa mulai terbiasa dengan model pembelajara ini. Pada tindakan kedua ini siswa sangat antusias sekali dalam mengajukan pertanyaan walaupun belum terbiasa dan dapat dikategorikan “cukup”, siswa sudah dapat memberikan pendapatnya, sikap kerjasama siswa semakin bagus dan dapat dikategorikan “baik” hal ini dapat dilihat dari hasil kerjsama yang dilakukan.
Ketiga, guru dalam memberikan penjelasan serta langkah-langkah pembelajaran yang harus dilakukan siswa untuk setiap individu mulai ada perubahan dan dapat dikategorikan “baik” hal ini dapat dilihat bahwa siswa sudah mulai mengerti apa yang disampaikan oleh guru.
Keempat, hambatan tetap saja ada yaitu dalam mengkondisikan waktu dan pengelolaan kelas, dikarenakan oleh banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa dan ketertiban dalam pembelajaran kurang.






F. Hasil Penelitian
Sesuai dengan tujuan utama penelitian ini, hasil utama yang ingin dicapai adalah peningkatan kemampuan siswa mengajukan pertanyaan produktif. Oleh karena itu salah satu fokus kegiatan penelitian pada pertemuan 1-3 adalah peningkatan motivasi siswa dan kemampuan guru dalam pemanfaatan pemodelan pertanyaan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan produktif. Hal ini dinilai penting sebab baik guru maupun siswa kelas 4 sudah terbiasa walaupun terkadang dilakukan pembelajaran berbasis inkuiri.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran peneliti berusaha untuk memanfaatkan sumber belajar yang ada di sekitar sekolah, baik itu alat dan bahan yang ada disekitar sekolah (termasuk meja dan kursi yang dimiliki sekolah) maupun sumber belajar yang lainnya.
Sesuai dengan rencana yang telah dikembangkan oleh peneliti, siswa secara bertahap dilataih untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Selama pertemuan ke-1 sampai ke-3, fokus utama adalah mendorong siswa untuk bertanya dan menanamkan pengertian bahwa bertanya merupakan